
RI News Portal. Jakarta, 30 September 2025 – CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Rosan Roeslani, mengungkapkan sejumlah keunggulan program waste to energy (WTE) atau pengolahan sampah menjadi energi dibandingkan metode konvensional Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah. Program ini disebut mampu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan, menghasilkan energi terbarukan, dan menghemat penggunaan lahan.
Rosan menjelaskan, program WTE dapat memangkas emisi GRK hingga 50-80 persen dibandingkan TPA. Penumpukan sampah di TPA sendiri berkontribusi terhadap 2-3 persen emisi GRK nasional. “Pertama, mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 50-80 persen, menghasilkan energi terbarukan, dan menghemat 90 persen penggunaan lahan,” ujar Rosan dalam keterangannya pada Selasa, 30 September 2025.
Selain manfaat lingkungan, program ini juga memberikan dampak ekonomi. Rosan menyebutkan bahwa WTE menghilangkan kebutuhan akan tipping fee, yaitu biaya pengiriman sampah ke TPA yang selama ini dibebankan kepada pemerintah daerah. “Biaya tipping fee akan diabsorb langsung oleh PLN, yang kemudian mendapat subsidi dari pemerintah pusat,” jelasnya. Hal ini memungkinkan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan lain.

Dari segi output energi, Rosan memaparkan bahwa 1.000 ton sampah dapat menghasilkan 15 megawatt (MW) listrik, cukup untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 20.000 rumah tangga. “Di Jepang, China, Jerman, dan beberapa negara lain, teknologi WTE sudah digunakan secara besar-besaran. Ini adalah alternatif yang tidak hanya menghasilkan energi, tetapi juga solusi pengelolaan sampah,” tambahnya.
BPI Danantara, menurut Rosan, akan berperan sebagai penghubung antara berbagai pihak yang terlibat dalam program ini, termasuk pemerintah daerah, PLN, dan pelaku industri. Untuk mendukung operasional, lahan seluas 4-5 hektar diperlukan untuk mengolah 1.000 ton sampah per hari. “Kebutuhan lahan ini jauh lebih kecil dibandingkan TPA, yang membutuhkan lahan jauh lebih luas,” tegas Rosan.
Rosan juga menyerukan partisipasi aktif pemerintah daerah dalam mendukung program ini. “Kami berharap pemerintah daerah dapat berperan aktif dalam pengendalian sampah di wilayah masing-masing,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa WTE bukan hanya solusi energi, tetapi juga langkah strategis untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Program WTE ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam pengelolaan sampah di Indonesia, sekaligus mendukung target pengurangan emisi GRK dan transisi menuju energi terbarukan. Dengan pendekatan yang terintegrasi, Indonesia dapat mencontoh keberhasilan negara-negara maju dalam mengelola sampah secara efisien dan ramah lingkungan.
Pewarta : Setiawan Wibisono
