
RI News Portal. Ngawi, Jawa Timur — Program Nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mulai menunjukkan geliat implementasi di berbagai daerah, termasuk Kabupaten Ngawi. Meski belum menjangkau seluruh pelosok Nusantara secara menyeluruh, pelaksanaan bertahap program ini telah menandai komitmen pemerintah dalam membangun generasi sehat dan unggul melalui intervensi gizi berbasis komunitas.
Program MBG merupakan bagian dari agenda strategis nasional yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini. Dalam kegiatan reses yang berlangsung pada Juli 2025 di Desa Sumengko, Kecamatan Kwadungan, anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Darmawan Sutanto, menegaskan bahwa MBG adalah langkah konkret Presiden Prabowo dalam menjawab tantangan ketimpangan gizi dan akses pangan sehat di kalangan pelajar.
“Program ini bukan sekadar intervensi pangan, tetapi investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi unggul yang sehat secara fisik dan mental,” ujar Darmawan Sutanto dalam dialog aspiratif bersama warga.

Pada Senin, 11 Agustus 2025, Kabupaten Ngawi mencatat sejarah lokal dengan beroperasinya dapur MBG mandiri pertama di bawah koordinasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) DAHLIA, yang berlokasi di Desa Sumengko. Dapur ini dikelola oleh Yayasan Darul Hikmah, di bawah kepemimpinan Agus Musa Chichul Anam, M.Si.
Menurut Agus Musa, dapur ini melayani 2.663 penerima manfaat dari 55 institusi pendidikan, mulai dari tingkat PAUD hingga SMA. Distribusi makanan dilakukan dalam dua gelombang: pukul 07.00 WIB untuk siswa kelas awal yang pulang pagi, dan pukul 11.00 WIB untuk gelombang kedua.
“Ini baru tahap pertama. Ke depan, jumlah penerima manfaat akan terus bertambah seiring kesiapan dapur dan dukungan logistik,” jelas Agus Musa.
Baca juga : Sinergi Polri dan Bulog Gelar Pasar Pangan Murah di Jatisrono: 2 Ton Beras Ludes dalam Tiga Jam
Peluncuran dapur MBG ini turut dihadiri oleh unsur TNI, POLRI, serta anggota Yayasan Darul Hikmah, menandakan sinergi lintas sektor dalam mendukung keberlanjutan program. Kehadiran aparat negara juga menjadi simbol pengawalan terhadap program strategis yang menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat.
Meski dapur MBG DAHLIA telah menunjukkan kapasitas operasional yang mandiri, tantangan ke depan mencakup perluasan cakupan, konsistensi kualitas gizi, dan integrasi dengan sistem pendidikan lokal. Harapan masyarakat Ngawi agar program ini berjalan lancar dan berkelanjutan menjadi dorongan moral bagi pemerintah dan pemangku kepentingan.
“Hari ini adalah dapur pertama kami, dan yang pertama bersifat mandiri. Harapannya semua akan berjalan lancar dan menjadi model bagi daerah lain,” tutup Agus Musa.
Pewarta : Wisnu Harmoko
