
RI News Portal. Poso, Sulawesi Tengah – Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Jumat, 22 Agustus 2025, untuk mengevaluasi dampak gempa bumi yang terjadi pada 17 Agustus 2025. Kunjungan ini bertujuan memantau kondisi wilayah terdampak, menilai efektivitas respons bencana, serta memberikan dukungan langsung kepada masyarakat yang terkena musibah.
Wakil Presiden Gibran tiba di Bandara Kasiguncu, Poso, pukul 11:00 WIB menggunakan pesawat kepresidenan RJ-85. Agenda utama kunjungan mencakup peninjauan lapangan evakuasi warga di Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, yang menjadi salah satu titik pengungsian utama pasca-gempa. Di lokasi ini, Wapres mengunjungi sekolah darurat yang didirikan untuk mendukung kelangsungan pendidikan anak-anak terdampak. Ia berinteraksi dengan siswa SD, menegaskan pentingnya keberlanjutan pendidikan di tengah situasi darurat. “Anak-anak tetap sekolah ya, Bu,” ujar Wapres kepada para warga, yang disambut antusias dengan respons, “Iya, tetap.”

Selain itu, Wapres mengunjungi tenda Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk berdialog dengan para pengungsi dan menyerahkan santunan kepada keluarga korban meninggal dunia. Ia juga menyaksikan penyaluran bantuan kebutuhan dasar oleh BNPB, yang mencakup kebutuhan pangan, sandang, dan tempat tinggal sementara. Kunjungan dilanjutkan ke SD Negeri 1 Tangkura, di mana Wapres memantau langsung kerusakan bangunan sekolah akibat gempa. Berdasarkan pantauan, sekolah tersebut mengalami kerusakan sedang, dengan retakan pada tembok dan plafon yang runtuh.
Gempa bumi yang melanda Poso pada Minggu, 17 Agustus 2025, pukul 05:38 WIB (06:38 WITA), memiliki kekuatan magnitudo 5,8 (setelah dimutakhirkan dari estimasi awal M 6,0 oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika). Episenter gempa terletak di darat, sekitar 5-13 km barat laut Kota Poso, dipicu oleh aktivitas sesar naik (thrust fault) pada Sesar Tokoraru, yang dikenal sebagai salah satu sumber gempa aktif di Sulawesi Tengah. Gempa ini menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur dan memakan korban jiwa.
Baca juga : KPK Panggil Bupati Pati Sudewo Terkait Dugaan Korupsi Proyek DJKA Kemenhub
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Poso, gempa merusak 254 rumah, dengan rincian 172 rumah rusak ringan dan 82 rumah rusak berat. Selain itu, sejumlah fasilitas umum seperti gereja, sekolah, poliklinik desa, dan kantor desa juga terdampak. Korban jiwa tercatat dua orang meninggal dunia dan 29 orang luka-luka. Pemerintah Kabupaten Poso telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari, mulai 18 hingga 31 Agustus 2025, untuk mempercepat penanganan bencana dan pemulihan wilayah.
Kunjungan Wapres Gibran mencerminkan komitmen pemerintah pusat dalam mendukung upaya pemulihan pasca-bencana di Poso. Peninjauan sekolah darurat menyoroti pentingnya keberlanjutan pendidikan sebagai bagian dari strategi pemulihan psikososial, khususnya bagi anak-anak yang rentan terhadap dampak trauma bencana. Penyaluran bantuan oleh BNPB juga menunjukkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam memenuhi kebutuhan dasar warga terdampak.
Namun, kerusakan infrastruktur, terutama pada fasilitas pendidikan seperti SD Negeri 1 Tangkura, menunjukkan tantangan jangka panjang dalam rekonstruksi. Kerusakan sedang pada bangunan sekolah, seperti retakan tembok dan runtuhnya plafon, mengindikasikan perlunya evaluasi struktural yang mendalam untuk memastikan keamanan bangunan sebelum digunakan kembali. Aktivitas Sesar Tokoraru sebagai pemicu gempa juga menggarisbawahi pentingnya kajian geologi dan mitigasi bencana berbasis risiko seismik di wilayah Sulawesi Tengah.
Kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ke Poso menegaskan peran aktif pemerintah dalam menangani dampak gempa bumi dan mendukung pemulihan masyarakat. Fokus pada pendidikan, bantuan kemanusiaan, dan penilaian kerusakan infrastruktur mencerminkan pendekatan holistik dalam respons bencana. Namun, keberlanjutan upaya ini memerlukan koordinasi lintas sektor yang kuat, investasi dalam rekonstruksi berkelanjutan, dan penguatan kapasitas lokal untuk menghadapi risiko bencana di masa depan.
Pewarta : Arba Ode
