RI News Portal. Kyiv, 13 November 2025 – Pasukan Rusia berhasil merebut tiga pemukiman di wilayah Zaporizhzhia selatan dalam 48 jam terakhir, menandai eskalasi signifikan di front selatan yang selama ini relatif stabil dibandingkan Donetsk timur. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrskyi, melalui kanal komunikasi resmi militer, yang menegaskan bahwa infiltrasi dimungkinkan oleh kondisi cuaca ekstrem berupa kabut tebal yang mengganggu pengintaian drone Ukraina.
Pola serangan ini mencerminkan pergeseran taktis Rusia: memanfaatkan faktor lingkungan untuk menembus garis pertahanan tanpa terdeteksi dini, sebuah strategi yang jarang terlihat sejak musim dingin 2023. Meski demikian, Syrskyi menekankan bahwa titik tekanan utama tetap berada di Pokrovsk, Donetsk, di mana 47% dari total pertempuran garis depan dalam sehari terakhir terkonsentrasi. Data ini menunjukkan bahwa Rusia masih mengalokasikan sumber daya terbesarnya untuk merebut kota logistik kunci tersebut, meskipun dengan biaya tinggi.
Di front timur laut, Kupiansk dan Lyman mencatat lonjakan intensitas tempur hingga 180% dalam seminggu, menurut laporan intelijen lapangan. Peningkatan ini berkorelasi dengan redeployment pasukan Rusia dari sektor Kurakhove setelah kegagalan merebut Vuhledar pada Oktober lalu. Analis militer independen memperkirakan bahwa Rusia kini mengoperasikan setidaknya 52 batalion taktis di sektor Kharkiv-Donetsk, naik dari 41 batalion pada Agustus 2025.

Sanksi AS yang akan efektif pada 21 November menargetkan Rosneft dan Lukoil dengan mekanisme pembatasan transaksi sekunder, sebuah pendekatan yang lebih agresif dibandingkan paket sanksi sebelumnya. Langkah ini berpotensi mengurangi pendapatan minyak Rusia hingga 12-15% dalam kuartal pertama 2026, menurut proyeksi ekonom energi di Universitas Kyiv-Mohyla. Tujuan eksplisitnya adalah memaksa Moskow ke meja perundingan, meskipun pejabat senior di Washington mengakui bahwa efek langsung terhadap operasi militer mungkin tertunda hingga enam bulan.
Di dalam negeri, Ukraina menghadapi krisis tata kelola yang berpotensi mengganggu koordinasi pertahanan. Penangguhan Menteri Kehakiman Herman Halushchenko atas dugaan penyalahgunaan dana rekonstruksi pasca-serangan infrastruktur menyoroti kerentanan institusi di bawah tekanan perang berkepanjangan. Kasus ini melibatkan kontrak pengadaan bahan bangunan senilai €42 juta yang diduga dialihkan ke perusahaan terafiliasi di Siprus, menurut dokumen yang diperoleh kantor jaksa agung.
Dari perspektif militer, kemajuan Rusia tetap terbatas pada tingkat operasional. Institute for the Study of War mencatat bahwa pengepungan Pokrovsk melibatkan unit-unit elit seperti operator drone dari Resimen 23 dan detasemen spetsnaz GRU, namun kecepatan gerak mereka terhambat oleh overextension logistik. Rusia kini mengoperasikan tiga koridor suplai utama yang masing-masing rentan terhadap serangan drone jarak jauh Ukraina, dengan 14 truk logistik dilaporkan hancur dalam seminggu terakhir di wilayah Belgorod.
Baca juga : Penetapan Tersangka Kasus Fitnah Ijazah Palsu Jokowi: Pelapor Terima SPID, Penyidik Diminta Sita Bukti Kunci
Respons Ukraina menunjukkan adaptasi asimetris: serangan drone kamikaze ke pabrik kimia Stavrolen di Budionnovsk pada malam 12 November menargetkan produksi polietilen densitas tinggi yang digunakan untuk komponen rudal Iskander. Serangan ini merupakan bagian dari kampanye sistematis sejak September yang telah menghantam 28 fasilitas industri militer Rusia, menurut data yang dikompilasi oleh Pusat Studi Pertahanan Lanjutan di Kyiv.
Secara keseluruhan, fase perang saat ini mencerminkan paradoks klasik: Rusia mencapai keuntungan teritorial inkremental dengan biaya manusia dan material yang tidak berkelanjutan, sementara Ukraina mempertahankan kohesi pertahanan melalui inovasi taktis dan dukungan internasional, meskipun di bawah ancaman disintegrasi institusi domestik. Sanksi ekonomi yang akan datang dapat menjadi titik balik jika dikoordinasikan dengan tekanan militer yang berkelanjutan, tetapi jendela opportunitas ini sempit mengingat musim dingin yang akan membatasi mobilitas kedua belah pihak.
Pewarta : Setiawan Wibisono

