
RI News Portal. Tangerang 15 Mei 2025 – Peristiwa banjir yang melanda empat RT di Kelurahan Paku Jaya, Kecamatan Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, pada malam 13 Mei 2025 menyoroti tantangan hidrometeorologis yang dihadapi kawasan urban dengan pertumbuhan tinggi namun infrastruktur drainase yang terbatas. Sebanyak 160 Kepala Keluarga (KK) terdampak, dengan ketinggian air berkisar antara 30 hingga 140 cm di kawasan pemukiman. Selain itu, genangan setinggi 30–50 cm di Jalan Boulevard Graha Raya menyebabkan kelumpuhan lalu lintas. Artikel ini mengkaji aspek penyebab banjir, dampaknya terhadap masyarakat dan infrastruktur, serta urgensi mitigasi berbasis tata kelola perkotaan.
Kota Tangerang Selatan, khususnya wilayah Serpong Utara, merupakan salah satu kawasan yang mengalami perkembangan urbanisasi pesat dalam satu dekade terakhir. Pertumbuhan kawasan permukiman dan komersial yang masif, diiringi oleh alih fungsi lahan hijau dan terbatasnya sistem drainase terintegrasi, telah meningkatkan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Pada 13 Mei 2025 malam, intensitas curah hujan yang tinggi mengakibatkan genangan di empat RT (01, 02, 03, dan 08) RW 01 Kelurahan Paku Jaya.

Menurut laporan Komandan Pleton (Danton) Satuan Tugas (Satgas) BPBD Kota Tangsel, Dian Wiriyawan, banjir terjadi akibat curah hujan ekstrem yang melanda wilayah tersebut. Genangan air mengakibatkan 160 KK terdampak, dengan ketinggian air mencapai 140 cm di beberapa titik permukiman warga. Infrastruktur jalan turut terdampak, dengan genangan setinggi 50 cm di Jalan Boulevard Graha Raya, yang merupakan jalur utama lalu lintas kendaraan di kawasan tersebut.
Fenomena ini dapat dikategorikan sebagai bencana hidrometeorologis yang dipicu oleh:
- Curah hujan ekstrem, yang merupakan bagian dari dinamika iklim tropis di awal musim kemarau basah.
- Kapasitas drainase rendah, terutama di kawasan pemukiman padat.
- Konversi lahan terbuka hijau, yang mengurangi daya serap air dan mempercepat limpasan permukaan (surface runoff).
- Kurangnya sistem peringatan dini dan mitigasi struktural.
Baca juga : Pembangunan Sumur Bor TMMD ke-124 di Lampung Timur: Antara Solusi Kebutuhan Air dan Tantangan Geologis
Banjir tidak hanya menimbulkan kerugian material, tetapi juga gangguan sosial-ekonomi:
- Terhambatnya aktivitas harian warga.
- Potensi penyebaran penyakit berbasis air.
- Gangguan arus lalu lintas dan risiko kecelakaan.
- Kerusakan perabot dan infrastruktur rumah tangga.
Peristiwa ini menunjukkan pentingnya penataan ruang yang adaptif terhadap risiko bencana. Pemerintah daerah perlu:
- Memperkuat sistem drainase dan kanal air.
- Meningkatkan kapasitas tanggap darurat dan early warning system.
- Mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
- Menerapkan kebijakan tata guna lahan berbasis mitigasi bencana.
Kasus banjir di Paku Jaya merupakan cerminan dari persoalan struktural dalam tata kelola perkotaan yang belum sepenuhnya mengintegrasikan aspek ketahanan iklim. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam membangun sistem perkotaan yang lebih tahan terhadap risiko hidrometeorologis.
Pewarta : Syahtudin Bhalak

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal