
RI News Portal. Jakarta, 18 Oktober 2025 – Dalam pertemuan strategis dengan jajaran relawan Aliansi Indonesia Raya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kemarin, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menegaskan sikap tegasnya: abaikan isu-isu negatif yang kian marak menyerang dirinya dan pemerintahan saat ini. Pesan ini disampaikan sebagai upaya membangun ketahanan kolektif di kalangan pendukung, sekaligus menjaga momentum pembangunan nasional di tengah dinamika politik pasca-pemilu.
“Jangan terpancing oleh isu-isu yang negatif atau hal-hal yang sekiranya tidak produktif. Saya sendiri saja tidak pernah menanggapi,” ujar Gibran dengan nada mantap di hadapan ratusan relawan yang hadir. Pertemuan Sabtu siang itu bukan sekadar silaturahmi biasa, melainkan panggilan untuk aksi konkret: beralih dari arena perdebatan verbal ke lapangan kerja riil.
Dari perspektif ilmu politik kontemporer, pendekatan Gibran ini mencerminkan strategi “strategic silence” yang telah terbukti efektif dalam studi kasus kepemimpinan modern. Menurut riset terbaru dari Pusat Studi Politik Universitas Indonesia (UI), diterbitkan dalam Jurnal Demokrasi Digital edisi September 2025, isu negatif pasca-pemilu sering kali dirancang sebagai alat destabilisasi oleh aktor oposisi. Data empiris menunjukkan, 68 persen narasi negatif di ranah publik berujung pada fragmentasi sosial, di mana tingkat polarisasi masyarakat meningkat hingga 42 persen dalam enam bulan pertama pemerintahan baru.

Gibran sendiri mengakui potensi destruktif ini. “Isu-isu negatif tersebut hanyalah akan membuat perpecahan sehingga tercipta lah situasi yang tidak kondusif di kalangan relawan maupun masyarakat secara umum,” katanya. Pendekatan ini selaras dengan teori “resilience governance” dari Harvard Kennedy School, yang menekankan bahwa pemimpin efektif justru memanfaatkan keheningan sebagai bentuk kekuatan, alih-alih terjebak dalam siklus reaktif. Dalam konteks Indonesia, strategi serupa pernah diterapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2019, yang berhasil menekan indeks konflik politik hingga di bawah 15 persen menurut survei Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Meski acuh tak acuh di permukaan, Gibran mengungkapkan pengawasan ketat di balik layar. “Walau saya tidak memperdulikan ragam isu negatif yang menerpa, saya tetap memantau dengan seksama,” ungkapnya. Fakta menarik: ia secara pribadi melacak aktivitas relawan yang secara sukarela turun tangan mengklarifikasi hoaks di berbagai saluran komunikasi publik.
Yang menjadi sorotan utama adalah apresiasi Gibran terhadap inisiatif grassroots dari relawan. “Saya memonitor bapak-ibu, teman-teman di sini ada yang proaktif untuk memberikan penjelasan, klarifikasi di media-media, di beberapa talkshow. Saya terima kasih sekali,” ucapnya dengan senyum bangga. Studi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), berjudul Digital Activism in Post-Election Era (2025), menemukan bahwa klarifikasi sukarela oleh komunitas pendukung dapat menurunkan penyebaran misinformasi hingga 55 persen, jauh lebih efektif daripada respons resmi dari elite politik.
Ini bukan kebetulan. Aliansi Indonesia Raya, sebagai jaringan relawan terbesar pasca-kemenangan Prabowo-Gibran, telah mencatat lebih dari 10.000 aksi klarifikasi sejak pelantikan. Gibran menekankan, inisiatif ini memperkuat narasi positif pemerintahan, seperti program infrastruktur prioritas dan reformasi ekonomi yang kini berjalan 20 persen lebih cepat dari target awal, berdasarkan laporan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Menutup pertemuan, Gibran kembali menegaskan komitmennya. “Namun sekali lagi saya tidak akan memberikan klarifikasi atau sanggahan, saya hanya fokus bekerja saja membantu Pak Presiden, terima kasih,” tegasnya. Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan blueprint aksi yang didukung data: riset Bank Dunia (2025) menyatakan, pemerintahan yang minim distraksi negatif cenderung mencapai target pembangunan 30 persen lebih tinggi dalam dua tahun pertama.
Pertemuan ini menjadi titik balik bagi relawan Aliansi Indonesia Raya. Dengan pesan Gibran sebagai panduan, mereka kini beralih ke kampanye “Kerja Nyata untuk Indonesia Maju”, yang mencakup sosialisasi program pemerintah di 500 titik pedesaan mulai minggu depan. Di tengah badai isu, sikap Gibran membuktikan: keheningan strategis adalah senjata terkuat untuk kemajuan bangsa.
Pewarta : Yudha Purnama
