RI News Portal. Kyiv, 26 Oktober 2025 – Serangan rudal balistik dan drone Rusia yang terjadi pada malam hingga dini hari Sabtu di wilayah Ukraina kembali memakan korban jiwa dan merusak infrastruktur sipil. Sedikitnya empat orang tewas dan 20 lainnya luka-luka, menurut laporan otoritas setempat. Insiden ini mempertegas urgensi kebutuhan sistem pertahanan udara canggih bagi Ukraina, sebagaimana yang disuarakan oleh Presiden Volodymyr Zelenskyy dalam seruan terbarunya kepada komunitas internasional.
Di ibu kota Kyiv, dua warga dilaporkan tewas dan 13 lainnya terluka akibat serangan rudal balistik. Dinas Darurat Negara Ukraina melaporkan bahwa serangan tersebut memicu kebakaran pada sebuah bangunan non-perumahan, sementara puing-puing rudal yang berhasil dicegat merusak jendela-jendela bangunan di sekitar lokasi jatuhnya. Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, menggambarkan situasi genting tersebut dengan menyatakan bahwa kota berada dalam ancaman serangan balistik yang intens.
Wilayah Dnipropetrovsk juga tidak luput dari dampak serangan. Dua orang tewas dan tujuh lainnya terluka, dengan kerusakan melanda gedung apartemen dan rumah-rumah pribadi, sebagaimana dilaporkan oleh pejabat gubernur sementara, Vladyslav Haivanenko. Angkatan Udara Ukraina mencatat bahwa Rusia meluncurkan sembilan rudal dan 62 drone, dengan empat rudal dan 50 drone berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Ukraina. Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menembak jatuh 121 drone Ukraina di wilayahnya pada malam yang sama.

Presiden Zelenskyy menegaskan bahwa serangan berulang ini menunjukkan kebutuhan mendesak akan sistem pertahanan udara seperti Patriot untuk melindungi kota-kota Ukraina. Dalam pernyataannya, ia meminta negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan anggota G7, untuk mempercepat pengiriman bantuan militer guna mencegah ancaman serupa di masa depan. Zelenskyy juga mengusulkan pembelian 25 unit sistem Patriot dari AS untuk memperkuat pertahanan udara, terutama di wilayah perkotaan yang rentan.
Di tengah ancaman yang terus berulang, warga Kyiv menunjukkan ketangguhan yang luar biasa. Pasar petani di pusat kota tetap ramai dikunjungi meskipun asap serangan masih membumbung di kejauhan. Halyna Stetsiura, pedagang berusia 54 tahun, mengaku tetap membuka kiosnya meski mengetahui serangan terjadi, dengan alasan kebutuhan warga akan bahan pangan tidak terhenti oleh ancaman militer. Serhi Lihus, seorang peternak lebah berusia 53 tahun, juga tetap menghadiri pasar untuk menjual madunya meskipun menyaksikan ledakan saat perjalanan menuju lokasi. “Saya mendengar ledakan sekitar pukul 06:30 pagi, semuanya terbakar, tapi saya tetap datang,” ujarnya. Sementara itu, Svitlana Shyshlovska, seorang pembeli berusia 40 tahun, menyatakan bahwa pasar semacam ini merupakan kebutuhan penting yang tidak dapat ditunda meskipun ada risiko serangan.
Baca juga : Langkah Menuju Rekonsiliasi: Thailand dan Kamboja Dekatkan Posisi di Tengah Bayang Konflik Perbatasan
Secara diplomatik, Zelenskyy terus mendorong tekanan internasional terhadap Rusia. Dalam kunjungannya ke London baru-baru ini, ia bertemu dengan sejumlah pemimpin Eropa untuk membahas bantuan militer guna melindungi Ukraina dari agresi Rusia, termasuk perlindungan terhadap jaringan listrik yang menjadi sasaran serangan harian. Ia juga meminta AS untuk memperluas sanksi terhadap sektor minyak Rusia dan menyediakan rudal jarak jauh, seperti Tomahawk, untuk memperkuat kemampuan Ukraina membalas serangan Rusia.
Di sisi lain, Rusia menunjukkan sikap yang kontras. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menegaskan bahwa Moskow menentang gencatan senjata segera. Namun, Kirill Dmitriev, utusan Rusia untuk investasi dan kerja sama ekonomi, mengindikasikan adanya potensi solusi diplomatik dalam pembicaraan dengan pejabat AS di Washington. Ia menyebutkan bahwa Rusia, AS, dan Ukraina berada di titik yang “cukup dekat” dengan penyelesaian diplomatik, meskipun rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Budapest masih tertunda. Trump sendiri menyatakan bahwa ia hanya akan melanjutkan pertemuan jika ada kepastian kemajuan, seraya menyebut hubungannya dengan Putin “selalu baik” namun mengaku kecewa dengan situasi saat ini.
Serangan terbaru ini tidak hanya menyoroti dampak kemanusiaan dan material dari konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun, tetapi juga mempertegas kompleksitas dinamika geopolitik yang melibatkan aktor global. Ketangguhan warga Ukraina, urgensi bantuan internasional, dan ketegangan diplomatik menjadi cerminan tantangan yang dihadapi dalam mencari solusi damai di tengah eskalasi militer yang terus berlanjut.
Pewarta : Setiawan Wibisono S.TH

