
RI News Portal. Kyiv, Ukraina – Serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Rusia kembali menghantam infrastruktur sipil Ukraina pada Senin malam (28/7/2025), menewaskan sedikitnya 27 orang dan melukai lebih dari 130 lainnya. Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Moskow, termasuk ultimatum 10 hari dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar Rusia menghentikan agresinya.
Dalam insiden paling mematikan, empat bom luncur Rusia menghantam Lembaga Pemasyarakatan Bilenkivska di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina tenggara, menewaskan 16 narapidana dan melukai lebih dari 90 orang. Kementerian Kehakiman Ukraina mengonfirmasi bahwa bangunan ruang makan hancur, sementara area administrasi dan karantina mengalami kerusakan parah.
Serangan juga menyasar wilayah Dnipro di Ukraina tengah. Rudal Rusia merusak bangunan tiga lantai serta sejumlah fasilitas medis termasuk rumah sakit bersalin. Sedikitnya tiga orang tewas, salah satunya perempuan hamil berusia 23 tahun. Dua korban lainnya dilaporkan meninggal dunia di lokasi berbeda.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengutuk serangan tersebut dan menyebut bahwa sebanyak 73 kota dan desa diserang dalam semalam. “Ini adalah serangan yang disengaja, bukan kesalahan,” tulisnya di Telegram. Ia juga menyambut baik sikap tegas Presiden Trump terhadap Kremlin.
Trump, dalam pernyataan terbarunya, mempercepat tenggat waktu perdamaian menjadi 10 hari dari sebelumnya 50 hari. Ia menuntut Presiden Rusia Vladimir Putin segera menghentikan kekerasan dan menunjukkan komitmen nyata untuk menyelesaikan konflik. “Saya kecewa dengan Presiden Putin,” kata Trump saat berkunjung ke Skotlandia. Ia menegaskan bahwa serangan terhadap warga sipil tidak bisa ditoleransi.
Namun Kremlin menanggapi dengan keras. Juru bicara Dmitry Peskov menyatakan bahwa Rusia tetap pada posisinya untuk mencapai “tujuan-tujuan strategis” di Ukraina. Sementara itu, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan Trump agar tidak “bermain-main dengan ultimatum” terhadap Rusia. “Rusia bukan Israel atau Iran,” tulisnya di media sosial X, seraya menuding bahwa tekanan Trump justru dapat memicu eskalasi konflik global.
Di sisi lain, Ukraina juga melanjutkan perlawanan melalui serangan drone jarak jauh. Militer Rusia mengklaim telah menembak jatuh 74 drone Ukraina di berbagai wilayah, termasuk 43 di wilayah Bryansk. Serangan ini menyebabkan kebakaran di stasiun kereta api Salsk, Rusia selatan, serta mengganggu lalu lintas kereta api.
Sejak invasi skala penuh pada Februari 2022, Rusia secara konsisten menggunakan bom luncur, rudal balistik, dan drone untuk menyerang Ukraina, sering kali menargetkan infrastruktur sipil. Bom luncur yang digunakan merupakan peninggalan era Soviet yang dimodifikasi dengan sistem pemandu, membawa daya ledak hingga 3.000 kilogram.
Serangan terhadap penjara dan fasilitas sipil menuai kecaman dari pemerintah Ukraina dan komunitas internasional. Penggunaan kekuatan militer terhadap target non-militer dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional, sebagaimana diatur dalam Konvensi Jenewa. Serangan pada Lembaga Pemasyarakatan Bilenkivska bahkan terjadi tepat tiga tahun setelah tragedi Olenivka di wilayah Donetsk yang dikuasai Rusia, di mana lebih dari 50 tahanan Ukraina tewas dalam ledakan.
Awak Media, dalam investigasi terpisah, menyimpulkan bahwa insiden Olenivka sebelumnya kemungkinan besar dilakukan oleh pihak Rusia. Hal ini diperkuat oleh laporan internal Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyimpulkan temuan serupa.
Konflik di Ukraina semakin mengarah pada perang atrisi berkepanjangan, dengan korban terus bertambah baik di kalangan sipil maupun militer. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menguasai desa Novoukrainka di Donetsk dan Temyrivka di Zaporizhzhia.
Pewarta : Setiawan Wibisono S.TH
