
RI News Portal. Boulder, Colorado — Empat korban tambahan telah diidentifikasi dalam serangan bom molotov di pusat kota Boulder, Colorado, yang terjadi akhir pekan lalu. Jumlah total korban luka kini mencapai 12 orang. Pihak berwenang menyatakan bahwa insiden tersebut tergolong sebagai kejahatan kebencian yang direncanakan secara matang.
Menurut dokumen pengadilan, pelaku — yang diidentifikasi sebagai Mohamed Sabry Soliman, 45 tahun — mengaku telah mempersiapkan serangan ini selama lebih dari satu tahun. Ia secara eksplisit menargetkan kelompok yang disebutnya sebagai “Zionis”, sehingga kini menghadapi dakwaan kejahatan kebencian tingkat federal dan sejumlah tuduhan berat lainnya, termasuk percobaan pembunuhan.
Peristiwa terjadi di kawasan Pearl Street Mall, area perbelanjaan pejalan kaki yang populer di pusat kota Boulder, pada Minggu siang. Saat itu, kelompok relawan Run For Their Lives tengah mengakhiri aksi mingguan mereka yang bertujuan meningkatkan kesadaran publik tentang nasib sandera Israel di Gaza.
Saksi mata melaporkan bahwa Soliman meneriakkan “Bebaskan Palestina!” sebelum melemparkan bom molotov ke arah kerumunan, dan diduga menggunakan alat pembakar serta penyemprot bahan bakar. Video dari lokasi kejadian menunjukkan suasana panik dan upaya penyelamatan terhadap korban yang terbakar.

“Saya mendengar suara botol pecah, ledakan, dan teriakan. Orang-orang berlarian menyelamatkan diri,” ujar Alex Osante, saksi asal San Diego yang merekam kejadian tersebut.
Dalam pemeriksaan, Soliman mengaku mengenakan rompi oranye layaknya tukang kebun dan membawa bunga untuk menyamarkan niatnya. Ia membawa bahan bakar dalam alat penyemprot punggung, dan menyatakan kepada penyidik bahwa ia hanya menyemprotkan bahan tersebut ke tubuhnya sendiri karena berniat mati dalam aksinya.
Namun, FBI mengungkapkan bahwa pelaku membawa 16 bom molotov yang belum digunakan. Alat-alat tersebut terbuat dari botol atau toples kaca berisi cairan mudah terbakar dan sumbu dari kain merah.
Soliman juga mengaku mempelajari cara pembuatan bom molotov dari video di YouTube. Dalam surat pernyataan penangkapan, disebutkan bahwa ia berharap seluruh anggota kelompok yang menjadi targetnya “mati”, dan menyatakan bahwa ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika tidak melakukan aksi itu.
Baca juga : Pemilu Dadakan Digelar di Korea Selatan Usai Pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol
Jaksa federal dan negara bagian telah mengajukan dakwaan terhadap Soliman, mencakup:
- Kejahatan kebencian tingkat federal
- Percobaan pembunuhan
- Kepemilikan dan penggunaan alat pembakar secara ilegal
Departemen Kehakiman menyatakan bahwa kemungkinan masih akan ada dakwaan tambahan melalui proses grand jury di pengadilan federal.
Hingga saat ini, belum diketahui apakah Soliman memiliki pengacara yang mewakili dalam kasus ini. Upaya wartawan untuk menghubungi kediamannya di Colorado Springs tidak membuahkan hasil.
Menurut pihak berwenang, korban luka berusia antara 52 hingga 88 tahun. Empat orang di antaranya mengalami luka ringan, sementara enam korban sempat dilarikan ke rumah sakit, dan empat kini telah dipulangkan. Seorang korban mengalami luka bakar serius akibat pakaian yang terbakar saat serangan.

Soliman diketahui tinggal di Amerika Serikat secara ilegal setelah visa kunjungan B2-nya berakhir pada Februari 2023. Ia mengajukan suaka pada September 2022 dan sempat memperoleh izin kerja yang kini juga telah habis masa berlakunya.
Pelaku lahir di Mesir dan telah menetap di Colorado Springs selama tiga tahun bersama istri dan lima anaknya. Sebelumnya, ia tinggal di Kuwait selama 17 tahun. Resume daring atas nama Soliman menunjukkan ia pernah bekerja di sektor layanan kesehatan di Denver serta terdaftar sebagai lulusan Universitas Al-Azhar di Kairo.
Beberapa tetangga menggambarkan Soliman sebagai sosok yang ramah. Namun, salah satu tetangga, Kierra Johnson, mengatakan sering mendengar teriakan dan jeritan dari apartemen Soliman pada malam hari, bahkan pernah memanggil polisi terkait hal tersebut.

Hari Minggu malam, aparat kepolisian terlihat mengepung kediaman Soliman dan menggunakan pengeras suara untuk meminta siapa pun di dalam rumah keluar, namun tidak mendapat respons.
Meningkatnya Ketegangan dan Kekerasan
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan global akibat konflik Israel-Hamas, dan bersamaan dengan perayaan hari raya Yahudi Shavuot. Hanya beberapa hari sebelumnya, terjadi penembakan fatal di luar museum Yahudi di Washington oleh pria lain yang juga meneriakkan “Bebaskan Palestina.”
Editor: RI News Portal
Reporter: Setiawan S.TH
Sumber: FBI, DOJ, Boulder Police, Pengadilan Federal AS

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal