RI News Portal. Jakarta, 16 November 2025 – Dalam era di mana layar gadget sering menggantikan interaksi langsung, Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad, menegaskan bahwa seni bercerita atau storytelling tetap menjadi fondasi utama dalam membangun ikatan emosional antara orang tua dan anak. Pernyataan ini disampaikan Raffi saat menghadiri Festival Storytelling Cerita Rakyat 2025: Suara Nusantara, yang berlangsung di gedung Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI pada Minggu pagi.
Menurut Raffi, keluarga merupakan prioritas nomor satu dalam kehidupan. “Kalau kita sebagai orang tua bisa saling menceritakan apa pun melalui storytelling, Insya Allah chemistry antara anak dan orang tua akan terbangun dengan baik,” ujarnya kepada wartawan di sela-sela acara. Ia mendefinisikan storytelling sebagai seni menyampaikan kisah untuk menghibur, mendidik, menginspirasi, atau menyampaikan pesan moral, yang pada akhirnya memperkuat hubungan interpersonal.
Raffi berbagi pengalaman pribadinya sebagai orang tua. Ia rutin menerapkan kebiasaan ini pada anak-anaknya, terutama menjelang waktu tidur. “Kita bisa bercerita lewat buku cerita, atau bahkan dari sumber digital seperti video pendek,” katanya. Namun, ia menekankan pentingnya mengintegrasikan elemen budaya lokal. “Banyak cerita legenda Indonesia seperti Si Pitung, Malin Kundang, dan kisah-kisah daerah lainnya yang bisa kita angkat. Ini krusial agar generasi mendatang tidak kehilangan akar nilai-nilai budaya Nusantara,” tambahnya.

Di tengah tantangan zaman digital, Raffi mengakui bahwa storytelling tradisional sering kalah bersaing dengan konten visual instan di platform daring. “Anak-anak sekarang lebih tertarik pada hal-hal cepat dan interaktif. Yang terpenting, orang tua harus beradaptasi dengan zamannya, tapi tetap mendampingi dan membimbing anak agar tidak terlepas dari esensi budaya,” tuturnya. Pendekatan ini, menurutnya, bukan hanya tentang hiburan, tapi juga pendidikan karakter yang berkelanjutan.
Festival Suara Nusantara 2025 sendiri menjadi manifestasi nyata dari upaya kebangkitan tradisi mendongeng. Acara ini menghadirkan sesi interaktif di mana anak-anak diajak mengeksplorasi cerita rakyat dari berbagai penjuru Indonesia, sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan leluhur. Melalui pendekatan ini, festival tidak hanya menghidupkan kembali narasi lisan yang hampir tergerus, tapi juga menjembatani generasi dalam konteks pendidikan nonformal.
Baca juga : Trump Cabut Tarif Resiprokal pada Komoditas Pertanian Kunci untuk Tekan Inflasi Pangan
Pernyataan Raffi ini sejalan dengan diskursus akademis kontemporer mengenai psikologi keluarga dan antropologi budaya. Studi-studi terkini menunjukkan bahwa interaksi naratif seperti storytelling dapat meningkatkan empati dan resiliensi emosional anak, terutama di tengah disrupsi teknologi. Dengan demikian, inisiatif seperti ini diharapkan menjadi katalisator bagi kebijakan pendidikan yang lebih holistik, mengintegrasikan budaya lokal ke dalam kurikulum sehari-hari.
Pewarta : Albertus Parikesit


Semoga mangkin maju dengan gebrakan²