
RI News Portal. New York, 4 September 2025 – Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa negaranya akan melanjutkan rencana pengakuan resmi negara Palestina pada akhir bulan ini, meskipun Israel berencana melakukan aneksasi di wilayah pendudukan. Pernyataan ini disampaikan Macron setelah berbincang dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, menekankan pentingnya momentum diplomatik yang telah dibangun bersama.
“Tidak ada upaya ofensif, aneksasi, atau pemindahan paksa penduduk yang akan menghentikan momentum yang telah kami ciptakan bersama Putra Mahkota – momentum yang telah diikuti oleh banyak mitra,” tulis Macron di platform X, sebagaimana dikutip dari The National pada 4 September.
Pada 22 September, Prancis dan Arab Saudi akan memimpin konferensi tingkat tinggi di sela-sela Sidang Umum PBB di New York untuk memajukan pengakuan negara Palestina. Belgia menjadi negara terbaru yang bergabung dalam inisiatif ini, menyusul Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Malta yang sebelumnya telah menyatakan komitmen serupa. Namun, beberapa negara mengaitkan pengakuan ini dengan syarat tertentu. Inggris, misalnya, mensyaratkan gencatan senjata di Gaza, sementara Belgia menegaskan pengakuan hanya akan dilakukan setelah Hamas didemiliterisasi.

Di sisi lain, Israel berupaya menggagalkan upaya diplomatik ini melalui langkah-langkah di lapangan. Minggu ini, militer Israel mulai memanggil pasukan cadangan untuk mempersiapkan serangan ke Kota Gaza. Pada Juli lalu, kabinet Israel menyetujui mosi simbolis untuk mencaplok Tepi Barat yang diduduki. Bulan lalu, sebuah komite Kementerian Pertahanan Israel menyetujui rencana permukiman di wilayah E1 dekat Yerusalem Timur, yang secara signifikan akan melemahkan prospek pembentukan negara Palestina yang bersebelahan.
Baca juga : UEA Peringatkan Israel: Pencaplokan Tepi Barat adalah Garis Merah
Sementara itu, laporan terbaru menunjukkan bahwa Pemerintah Amerika Serikat, di bawah dukungan Presiden Donald Trump, telah meluncurkan rencana kontroversial untuk merelokasi sekitar dua juta penduduk Gaza ke negara-negara tetangga. Rencana ini, yang disebut sebagai visi untuk membangun “riviera Timur Tengah,” sejalan dengan pandangan kelompok sayap kanan Israel, tetapi ditolak keras oleh sekutu Eropa Israel dan negara-negara Arab.
Meskipun menghadapi tantangan ini, Macron menegaskan bahwa Prancis dan Arab Saudi akan terus menggalang dukungan internasional untuk solusi dua negara. “Ini adalah satu-satunya cara untuk memenuhi aspirasi sah rakyat Israel dan Palestina,” ujarnya, menekankan komitmen untuk perdamaian yang berkelanjutan.
Pewarta : Setiawan Wibisono
