RI News Portal. Jakarta, 17 November 2025 – Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan visi ambisius untuk membangun jaringan sekolah terintegrasi berfasilitas modern yang setara dengan standar pendidikan di negara-negara maju. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Presiden saat meresmikan penggunaan interactive flat panel (IFP) atau papan pintar di SMPN 4 Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (11/11) lalu.
“Saya ingin kita mulai membangun sekolah-sekolah terintegrasi dengan fasilitas modern, sama dengan sekolah-sekolah yang ada di negara-negara maju,” ujar Prabowo. Ia menegaskan komitmen pemerintah untuk tidak hanya memperbaiki infrastruktur sekolah yang ada, tetapi juga melakukan konsolidasi institusi pendidikan yang muridnya sudah sangat sedikit agar sumber daya dapat dialokasikan secara lebih efisien untuk menciptakan satuan pendidikan berkualitas tinggi.
Program sekolah terintegrasi ini dirancang khusus menyasar anak-anak dari keluarga kelas menengah bawah hingga menengah (desil 3–6). Dalam satu kompleks, akan tersedia jenjang pendidikan lengkap dari SD, SMP, SMA, hingga SMK, dilengkapi laboratorium sains dan teknologi, bengkel vokasi, fasilitas olahraga berstandar internasional, serta ruang seni dan kreativitas.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, yang mendapat tugas langsung dari Presiden untuk merumuskan konsep detail, menjelaskan bahwa sekolah terintegrasi ini akan ditempatkan secara strategis, idealnya satu unit di setiap kecamatan. “Pak Presiden menekankan pendekatan holistik, tidak hanya STEM (science, technology, engineering, mathematics), tetapi juga arts dan olahraga. Jadi kurikulumnya akan mengintegrasikan STEAM plus physical education secara seimbang,” papar Pratikno usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Rabu (5/11).
Pratikno menambahkan, pembentukan sekolah terintegrasi tidak selalu berarti membangun gedung baru dari nol. Pemerintah membuka opsi konversi dan revitalisasi sekolah negeri yang sudah ada, mengikuti pola yang sama saat membentuk Sekolah Garuda untuk siswa berprestasi di bidang STEM. “Pengalaman Sekolah Garuda menunjukkan konversi sekolah existing jauh lebih cepat dan hemat biaya dibandingkan membangun dari awal,” katanya.
Baca juga : Palembang Targetkan Nol Rumah Tak Layak Huni pada 2027 melalui Skema Kolaborasi Tripartit
Sebagai pembanding, pemerintah saat ini memiliki tiga lapis kebijakan pendidikan yang saling melengkapi:
- Sekolah Garuda untuk siswa berbakat di bidang STEM tanpa memandang latar belakang ekonomi,
- Sekolah Rakyat untuk memastikan akses pendidikan gratis dan layak bagi anak-anak dari keluarga sangat miskin dan miskin (desil 1–2),
- Sekolah Terintegrasi yang kini sedang dirancang untuk menjadi “jembatan emas” bagi kelas menengah yang selama ini sering terjepit antara sekolah negeri berkualitas rendah dan sekolah swasta berbiaya tinggi.
Konsep ini masih dalam tahap pengayaan kajian oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Beberapa aspek yang sedang didalami mencakup mekanisme seleksi siswa yang tetap inklusif, skema pembiayaan yang tidak membebani keluarga kelas menengah, serta standarisasi fasilitas yang benar-benar setara dengan sekolah unggulan di Singapura, Finlandia, atau Korea Selatan.

Pengamat pendidikan dari Universitas Indonesia, Dr. Nadiem Anwar Makarim (bukan menteri), menilai rencana ini berpotensi menjadi terobosan besar jika implementasinya konsisten. “Selama ini kelas menengah Indonesia sering kali terpaksa memilih antara sekolah negeri yang fasilitasnya minim atau sekolah swasta yang mahal. Adanya sekolah terintegrasi negeri berstandar internasional dapat mengurangi ketimpangan akses terhadap pendidikan berkualitas dan sekaligus menekan angka putus sekolah di jenjang menengah atas,” katanya.
Hingga berita ini diturunkan, tim teknis lintas kementerian masih terus menyusun grand design dan peta jalan (road map) pembangunan sekolah terintegrasi tahap pertama yang diperkirakan akan dimulai pada tahun anggaran 2026. Pemerintah menargetkan prototipe sekolah terintegrasi pertama dapat beroperasi paling lambat tahun ajaran 2027–2028.
Pewarta : Albertus Parikesit

