RI News Portal. Jakarta, 15 November 2025 – Dalam langkah besar menuju kemandirian energi nasional, PT Pertamina (Persero) menempatkan diri sebagai ujung tombak penerapan teknologi ekstraksi minyak dan gas bumi mutakhir melalui proyek Multistage Fracturing (MSF). Inisiatif yang dipimpin anak usaha PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dalam teknologi hulu migas, sejalan dengan kerangka Asta Cita pemerintah.
Proyek MSF mewakili perubahan besar dalam optimalisasi cadangan minyak dan gas. Dengan menciptakan banyak rekahan di sepanjang sumur horizontal, teknologi ini memaksimalkan pengambilan hidrokarbon dari formasi sulit dengan efisiensi luar biasa. Penerapan PHR di sumur KB570, Lapangan Kotabatak, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, menjadi keberhasilan kedua setelah proyek percontohan 2024, menunjukkan model yang dapat diperluas ke seluruh wilayah Indonesia.
Saat kunjungan kerja pada 12 November 2025, Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menekankan pentingnya strategis proyek ini. “Langkah ini langsung menjawab arahan Presiden Prabowo Subianto kepada Kementerian ESDM, SKK Migas, dan Pertamina untuk memperkuat kolaborasi demi meningkatkan produksi nasional,” kata Mantiri. Ia menyoroti perlunya peningkatan skala operasi secara agresif untuk meningkatkan kinerja, efisiensi, dan inovasi, sambil tetap mengutamakan keselamatan kerja. “Kami berkomitmen melakukan berbagai inisiatif agar produksi terus bertumbuh, demi mewujudkan kedaulatan dan ketahanan energi bagi masa depan Indonesia,” tambahnya, sembari menyampaikan apresiasi kepada para perwira PHR dan talenta muda Indonesia yang menjadi penggerak utama.

Sejalan dengan itu, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto memuji pencapaian Pertamina sebagai bukti nyata penguasaan teknologi nasional. “Inovasi MSF Pertamina menjadi lompatan besar bagi sektor hulu migas Indonesia, mengurangi ketergantungan pada keahlian asing yang selama ini mendominasi,” ujar Siswanto. Ia menegaskan dukungan penuh dari regulator terhadap strategi peningkatan produksi dan kemandirian teknologi.
Wakil Direktur Utama Oki Muraza menjelaskan sisi teknis efisiensi proyek. “Melanjutkan keberhasilan 2024, sumur horizontal MSF tahun ini menggunakan perforasi eksplosif dan sistem plug-and-perf satu kali jalan dengan coiled tubing pintar—yang pertama di Indonesia—sehingga menghemat waktu, logistik, dan biaya per tahap,” jelas Muraza. Ia berharap teknologi ini dapat direplikasi di seluruh Grup Pertamina untuk mempercepat swasembada energi. “Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan dan semangat inovasi anak bangsa dalam menguasai teknologi perminyakan bertaraf dunia,” tutupnya.
Ke depan, PHR menargetkan pemboran beberapa sumur horizontal MSF di Lapangan Kotabatak dan Balam South East sepanjang 2025, dengan perluasan ke Lapangan Bangko pada 2026. Setiap tahun, cakupan lapangan akan semakin luas dan biaya pemboran semakin efisien. Pada 2026, teknologi ini direncanakan diterapkan di berbagai sumur lain di wilayah operasi berbeda, memastikan sektor hulu migas tetap aman, efisien, dan produktif.
Sebagai perusahaan pemimpin transisi energi, Pertamina mengintegrasikan upaya ini dengan tujuan keberlanjutan nasional, termasuk target Net Zero Emission 2060 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Prinsip Environmental, Social, dan Governance (ESG) diterapkan secara menyeluruh di semua lini operasi, menyeimbangkan eksploitasi sumber daya dengan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat.
Terobosan MSF ini tidak hanya menjawab kekurangan produksi saat ini, tetapi juga membangun ekosistem keahlian lokal yang kuat, yang berpotensi mengubah lanskap energi Indonesia untuk puluhan tahun mendatang.
Pewarta : Anjar Bramantyo

