
RI News Portal. Padang Lawas – Desa Ujungbatu 4, Kecamatan Hutaraja Tinggi, Kabupaten Padang Lawas, menjadi saksi bisu gelora keimanan yang membuncah pada peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW 1447 H. Acara yang digelar dengan penuh khidmat ini mengusung tema “Dengan Semangat Maulid Nabi, Meneladani Akhlak Nabi Muhammad SAW dalam Membangun Generasi Muda yang Berakhlak Religius serta Membangun Keselarasan antara Ulama dan Umaro.” Tema tersebut bukan sekadar slogan, melainkan panggilan untuk merefleksikan nilai-nilai luhur kepemimpinan nabi sebagai fondasi pembangunan karakter generasi muda di tengah dinamika masyarakat kontemporer.
Sebagai pembicara utama, ustadz dari Riau, Romo KH Sutanto S.Sos I, menghadirkan ceramah yang mendalam tentang esensi kepemimpinan Islami. Dalam orasinya, beliau menekankan, “Pentingnya sikap malu serta tawadhu seorang pemimpin yang diteladani.” Kata-kata itu seolah menjadi cermin bagi para hadirin, mengajak mereka untuk merenungkan bagaimana akhlak mulia Nabi Muhammad SAW—yang dikenal sebagai uswatun hasanah—dapat menjadi panduan etis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ceramah ini tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga merangsang diskusi intelektual tentang relevansi nilai-nilai sufistik dalam konteks pembangunan desa modern.

“Untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan hidup bermasyarakat serta akan selalu memfasilitasi berupaya untuk mendorong pembangunan di Desa Ujungbatu 4, karena sudah tugas saya sebagai anggota DPRD Kabupaten Padang Lawas untuk bersama-sama memajukan desa. Kalau pun ada masalah di desa, supaya selalu mengedepankan musyawarah mufakat,” ujar Ibnu Khottob, Anggota DPRD Kabupaten Padang Lawas dari Fraksi Golkar, yang turut hadir dalam acara tersebut.
Keikutsertaan tokoh masyarakat dan pemerintahan menambah dimensi harmonis pada perayaan ini. Ustadz Masaludin Lubis, sebagai Penghubung Badan Himpunan Bagi Indonesia (PHBI), bersama Babinsa setempat dan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan, turut melantik pengurus MUI Desa Aliaga Ujungbatu 4. Pelantikan ini menjadi simbol keselarasan antara ulama dan umaro, di mana dimensi spiritual dan administratif bersinergi untuk kesejahteraan umat. Hadir pula Zainal, Pelaksana Harian (PLH) Desa Ujungbatu 4, yang untuk pertama kalinya berbaur dalam pengajian yang difasilitasi PHBI Desa Ujungbatu 4.
“Saya sangat bersyukur, semoga kekompakan kebersamaan ini dapat terwujud selamanya di desa kita tercinta,” ungkap Zainal, yang menyiratkan harapan akan keberlanjutan kolaborasi antarstakeholder desa.
Baca juga : NewJeans: Dari Kampanye Viral hingga Ikatan Persaudaraan yang Tak Tergoyahkan
Pantauan jurnalis kami di lokasi menggambarkan puncak emosional acara: hujan air mata warga Ujungbatu 4 yang beristighfar, memohon kepada Pembolak-balik Hati Penguasa Jagad Raya agar pemimpin desa ke depan senantiasa memiliki ‘rasa malu’ dan sikap tawadhu, meneladani suri tauladan Nabi Besar Muhammad SAW. Doa-doa ribuan warga desa ini, yang bergema dalam hembusan angin malam, mengandung kekhawatiran mendalam: jika tidak didengarkan oleh pemimpin desa, khawatir akan mendatangkan kutukan karma yang merusak harmoni sosial.
Dalam perspektif akademis, perayaan Maulid ini mencerminkan dinamika budaya religius di pedesaan Indonesia, di mana ritual keagamaan berfungsi sebagai arena negosiasi nilai-nilai etis dan politik. Seperti yang dikaji dalam studi antropologi Islam kontemporer, inisiatif seperti ini memperkuat modal sosial berbasis akhlak, yang esensial untuk pembangunan berkelanjutan. Ke depan, diharapkan semangat Maulid Nabi tidak hanya menjadi momen tahunan, tetapi juga katalisator transformasi generasi muda menjadi agen perubahan yang religius dan inklusif, sehingga Desa Ujungbatu 4 dapat menjadi model harmoni ulama-umar o di tingkat nasional.
Acara ini, yang dihadiri ribuan warga, menutup dengan shalawat bersama yang menggetarkan jiwa, meninggalkan pesan abadi: akhlak Nabi adalah jembatan menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Pewarta : Indra Saputra
