RI News Portal. Jakarta 14 November 2025 – Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan Rusia akan mengambil langkah “sesuai” jika Amerika Serikat melanjutkan uji coba senjata nuklir, menyusul perintah Presiden Donald Trump pada 29 Oktober lalu kepada Pentagon untuk segera mempersiapkan pengujian tersebut. Pernyataan Peskov disampaikan Kamis (13/11) sebagai respons atas komentar Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio yang menyebut uji terbaru melibatkan sistem peluncur, meski Rubio tidak mengonfirmasi rencana uji skala penuh.
Peskov menafsirkan langkah Washington sebagai penarikan de facto dari moratorium uji coba nuklir yang telah berlaku selama tiga dekade. “Jika ini dianggap sebagai konfirmasi penarikan AS dari larangan pengujian, maka hal itu menegaskan niat tersebut,” ujarnya. Ia menambahkan, perintah Presiden Vladimir Putin pada 5 November hanya menginstruksikan pengumpulan data dan evaluasi kelayakan persiapan, bukan memulai uji coba langsung.

Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Sergey Shoygu, dalam wawancara dengan RIA Novosti, mengungkapkan bahwa lembaga-lembaga terkait dan pakar Dewan Keamanan sedang menyusun opsi respons terhadap “tantangan yang ada dan potensi eskalasinya.” Shoygu menekankan Rusia tidak akan tinggal diam di tengah pelemahan rezim pengendalian senjata, terutama karena AS belum memberikan penjelasan memadai atas rencana pengujiannya.
“Rusia siap menghadapi segala skenario, tetapi tidak akan membiarkan perlombaan senjata baru dipicu,” tegas Shoygu. Ia juga menyoroti “pernyataan dan rencana agresif” dari negara-negara Eropa, seraya memastikan Moskow terus memantau keputusan Uni Eropa dan NATO untuk menyesuaikan postur pertahanannya.
Pernyataan kedua pejabat ini mencerminkan sikap hati-hati namun tegas Moskow: menjaga opsi terbuka tanpa menginisiasi langkah eskalatif. Analis menilai, respons Rusia kemungkinan berupa simulasi komputer, uji sub-kritis, atau—sebagai opsi terakhir—uji atmosferik terbatas, yang akan melanggar Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT) meski belum diratifikasi penuh oleh kedua negara.
Ketegangan ini menandai babak baru dalam erosi norma pengendalian senjata pasca-Perang Dingin, setelah AS pada 2019 keluar dari Traktat INF dan Rusia menangguhkan partisipasi dalam New START pada 2023. Para ahli memperingatkan, langkah saling balas dapat mempercepat modernisasi arsenal nuklir kedua pihak, meningkatkan risiko miscalculasi strategis di tengah konflik regional yang sedang berlangsung.
Pewarta : Setiawan Wibisono

