
RI News Portal. Jakarta, 14 September 2025 – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan metropolitan yang semakin padat, Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menekankan pentingnya mengintegrasikan aktivitas fisik dan pola hidup sehat sebagai investasi jangka panjang bagi masyarakat. Hal ini disampaikannya saat menghadiri puncak acara “Jakarta BERJAGA 2.0” di Plaza Tenggara Gelora Bung Karno pada hari Minggu, sebuah inisiatif yang tidak hanya mempromosikan kesehatan individu, tetapi juga membangun fondasi kemajuan kota secara kolektif.
Acara ini, yang digelar oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan, merupakan klimaks dari kampanye gaya hidup sehat yang diluncurkan sejak awal 2025. Berbeda dari program kesehatan konvensional yang sering kali bersifat sementara, “Jakarta BERJAGA 2.0” dirancang sebagai gerakan berkelanjutan yang memasuki tahun ke-10, dengan fokus pada perubahan perilaku sehari-hari menuju pola hidup lebih sehat dan produktif. Pendekatan ini mencerminkan perspektif akademis dalam ilmu kesehatan masyarakat, di mana intervensi berbasis komunitas terbukti efektif dalam mengurangi prevalensi penyakit tidak menular seperti obesitas dan diabetes, sebagaimana dibahas dalam jurnal-jurnal seperti The Lancet Public Health.
Dalam sambutannya, Rano Karno menyatakan, “Tidak perlu menunggu acara besar untuk bergerak, karena setiap langkah hari ini adalah investasi masa depan yang lebih sehat.” Ia menambahkan bahwa kesehatan bukan sekadar urusan pribadi, melainkan pondasi bagi kemajuan kota, mengingat beban ekonomi dari penyakit kronis di wilayah urban seperti Jakarta mencapai miliaran rupiah setiap tahunnya. Pernyataan ini selaras dengan konsep “health in all policies” yang dipromosikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana kebijakan publik harus memprioritaskan aspek kesehatan dalam segala sektor.

Program ini berhasil menarik partisipasi luas, dengan 5.954 pendaftar, 3.754 peserta aktif, dan 36 grup aparatur sipil negara (ASN) serta non-ASN yang menyelesaikan tantangan utama: mencapai 7.500 langkah per hari selama periode program. Peserta tidak hanya terlibat dalam olahraga rutin, tetapi juga pemeriksaan kesehatan, edukasi gizi, dan berbagai tantangan gaya hidup sehat. Pendekatan multifaset ini, menurut para ahli epidemiologi, dapat meningkatkan adherensi jangka panjang dibandingkan program tunggal, karena menggabungkan elemen gamifikasi dan dukungan komunal.
Puncak acara menjadi momentum bagi Pemprov DKI untuk memperkenalkan kembali tiga program turunan yang inovatif, masing-masing disesuaikan dengan segmen masyarakat berbeda namun dengan tujuan serupa: membudayakan hidup sehat. Pertama, “JakSTAR” yang menargetkan remaja melalui pendekatan digital. Program ini telah diimplementasikan di 44 sekolah, melibatkan lebih dari 7.500 siswa yang dapat memantau langkah harian, aktivitas fisik mingguan, dan pencapaian gizi via aplikasi terintegrasi dengan dashboard pemerintah. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, menjelaskan, “Kami ingin remaja Jakarta menjadi motor perubahan gaya hidup sehat, baik melalui kegiatan langsung maupun pemanfaatan aplikasi digital yang memudahkan monitoring aktivitas fisik dan gizi.” Inovasi ini unik karena mengintegrasikan teknologi wearable dengan data analitik, sebuah model yang jarang ditemui di program kesehatan remaja di kota-kota Asia Tenggara lainnya.
Baca juga : Pemanfaatan Bioskop untuk Pesan Pemerintah Dinilai Wajar, Asal Sesuai Ketentuan
Kedua, “Remaja Festival 2025” yang akan menyatukan 3.000 peserta remaja dalam rangkaian kegiatan seperti Fun Run, “Clash of Champions”, kampanye anti-rokok elektronik, pemeriksaan kesehatan mental, dan pentas seni. Festival ini bukan sekadar hiburan, melainkan wadah edukasi holistik yang menggabungkan aspek fisik, mental, dan sosial—sebuah strategi yang didukung oleh penelitian psikologi kesehatan yang menunjukkan bahwa integrasi hiburan dapat meningkatkan retensi pesan edukatif hingga 40 persen.
Ketiga, tantangan “Downgrade Ukuran Bajumu 3.0” yang mengajak masyarakat berjalan minimal 7.500 langkah per hari, menjaga gizi seimbang, dan beraktivitas fisik 150 menit per minggu. Program ini dijadwalkan dimulai akhir September selama enam minggu, terbuka untuk tiga kategori peserta, dan dirancang untuk mengatasi isu obesitas dengan pendekatan berbasis target pribadi. Berbeda dari kampanye serupa di media online lain yang sering kali bersifat generik, inisiatif ini menekankan pemantauan mandiri dengan elemen kompetitif, mirip dengan model behavioral economics yang digunakan dalam studi seperti yang dipublikasikan di Journal of Health Economics.
Secara keseluruhan, rangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menurunkan risiko penyakit kronis, meningkatkan produktivitas warga, dan menciptakan lingkungan kota yang lebih sehat serta bahagia. Dalam konteks akademis, program seperti ini berkontribusi pada diskusi global tentang urban health resilience, di mana kota-kota seperti Jakarta dapat menjadi model bagi negara berkembang dalam mengintegrasikan kesehatan masyarakat dengan pembangunan berkelanjutan. Pemprov DKI mengundang masyarakat luas untuk bergabung, menjadikan kesehatan sebagai prioritas harian di tengah tantangan urbanisasi yang semakin kompleks.
Pewarta : Yogi Hilmawan
