
RI News Portal. Trenggalek, 12 Oktober 2025 – Di bawah sinar matahari pagi yang lembut menyapa Lapangan Menak Sopal, Trenggalek, puluhan anggota Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) Lokal Trenggalek berkumpul hari ini. Berasal dari berbagai kecamatan seperti Gandusari, Dongko, Karangan, dan Munjungan, mereka siap memulai perjalanan touring lintas kabupaten menuju Telaga Ngebel di Ponorogo. Acara yang dimulai tepat pukul 07.30 WIB ini bukan sekadar wisata roda dua, melainkan upaya strategis untuk memperkuat solidaritas di tengah dinamika masyarakat digital yang semakin terfragmentasi.
Dibawaki oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) ORARI Trenggalek, rombongan yang mayoritas mengendarai motor roda dua—dengan beberapa mobil roda empat sebagai pendukung—diberangkatkan secara resmi oleh Ketua ORARI Trenggalek, P. Gunawan. Sebelum bergerak, sesepuh ORARI Trenggalek menyampaikan pengarahan singkat yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan keselamatan. “Kita bukan hanya radio amatir, tapi jembatan informasi bagi masyarakat. Touring ini adalah momentum untuk saling mengenal lebih dalam, sambil menjaga protokol perjalanan agar selamat sampai tujuan,” ujar Gunawan dalam sepatah dua patah kata pembukaannya, yang disambut tepuk tangan meriah.
Rute touring yang dipilih kali ini dirancang untuk menembus hamparan pedesaan Jawa Timur yang hijau: mulai dari pusat Kota Trenggalek, melewati Sawo, Sambit, Mlarak, Jabung, perempatan Pasar Pon, Jenangan, hingga akhirnya tiba di Telaga Ngebel. Perjalanan ini bukan hanya tentang jarak fisik sekitar 50 kilometer, tapi juga simbolisasi koneksi antarwilayah. Telaga Ngebel, danau alami seluas 150 hektar di lereng Gunung Wilis dengan ketinggian 734 meter di atas permukaan laut, dipilih sebagai tujuan akhir karena keindahannya yang legendaris—konon terbentuk dari kisah ular naga Baru Klinting yang menggenangi lembah—dan potensinya sebagai titik refleksi bagi para anggota ORARI.

Lebih dari sekadar rekreasi, kegiatan ini mencerminkan peran ORARI Lokal Trenggalek sebagai aktor utama dalam ekosistem sosial-kemasyarakatan. Organisasi ini sering kali menjadi garda terdepan dalam penyebaran informasi darurat, seperti saat bencana alam melanda wilayah Trenggalek. Baik melalui siaran radio amatir yang mendesak maupun pemantauan rutin, ORARI telah terbukti solid dalam mendukung upaya pemerintah daerah, termasuk program Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan (GERTAK) yang menyasar desa-desa terpencil. “Kami diacungin jempol karena selalu siap: dari sosialisasi mitigasi bencana hingga kolaborasi dengan instansi pemerintahan untuk layanan publik,” kata seorang sesepuh ORARI yang enggan disebut namanya, menambahkan bahwa jaringan radio mereka kini terintegrasi dengan aplikasi digital untuk respons lebih cepat.
Dalam konteks yang lebih luas, touring ini menjadi studi kasus menarik tentang bagaimana organisasi berbasis teknologi rendah seperti ORARI mampu membangun ketahanan sosial di era pasca-pandemi. Penelitian awal dari Universitas Trunojoyo Madura (2024) menunjukkan bahwa kegiatan serupa dapat meningkatkan rasa kebersamaan hingga 35% di kalangan anggota, terutama di daerah pedesaan di mana akses internet masih terbatas. Bagi ORARI Trenggalek, yang memiliki lebih dari 200 anggota aktif, acara seperti ini bukan hanya mempererat persaudaraan internal, tapi juga membuka ruang dialog dengan masyarakat luas. “Kami harap touring ini bisa jadi inspirasi bagi komunitas lain, bagaimana gelombang radio tak hanya menyambung sinyal, tapi juga hati manusia,” tambah Gunawan.
Baca juga : Kapolres Wonogiri Pantau Langsung Pemeriksaan Keamanan Pangan untuk Anak Sekolah di Eromoko
Saat rombongan meluncur, suasana di Lapangan Menak Sopal masih hangat dengan obrolan ringan tentang antena radio portabel yang dibawa beberapa peserta—alat yang siap digunakan untuk siaran langsung dari tepi telaga. Seorang anggota yang memilih anonim saat diwawancarai Awaq Media menyatakan, “Kegiatan seperti ini bikin kita saling kenal antar-desa. Yang dari Gandusari ketemu yang dari Munjungan, tercipta rasa kekeluargaan. Di balik helm dan mesin motor, ini soal kerukunan yang langka di zaman now.”
Hingga sore nanti, rombongan diharapkan tiba di Telaga Ngebel untuk sesi sharing pengalaman dan mungkin siaran radio komunal. Di tengah hiruk-pikuk isu nasional seperti program Makan Bergizi Gratis yang baru-baru ini ramai dibahas di Trenggalek, inisiatif ORARI ini mengingatkan bahwa kekompakan lokal tetap menjadi fondasi utama pembangunan berkelanjutan. Touring hari ini, dengan segala sederhananya, membuktikan bahwa di balik frekuensi radio, ada cerita tentang gotong royong yang tak lekang oleh waktu.
Pewarta : Sugeng Rudianto
