
RI News Portal. Trenggalek — Semangat kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia terasa begitu kuat di Desa Sumber Ringin, Trenggalek. Pada Jumat, 2 Agustus 2025, pukul 19.00 WIB, ribuan warga, khususnya dari Dusun Nglongah dan sekitarnya, memadati lapangan desa untuk berpartisipasi dalam perayaan yang diprakarsai oleh swadaya masyarakat. Acara utama yang berhasil menyatukan berbagai lapisan masyarakat ini adalah pagelaran seni budaya jaranan “Kridho Samudro” yang dipimpin oleh Bapak Bopo Penceng dari Gandusari.
Ketua panitia, Bapak Ms. Basmo, menyatakan bahwa acara ini diselenggarakan sebagai bagian dari peringatan HUT Kemerdekaan RI sekaligus menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan. Kehadiran para penonton, yang didominasi oleh kaum muda—termasuk komunitas lokal seperti BOPATEM (Bocah Pasar Tempkek)—menjadi bukti nyata bahwa kesenian tradisional jaranan tetap digemari dan dilestarikan oleh generasi penerus. Tradisi jaranan, yang dikenal luas di Trenggalek dan Ponorogo, memiliki daya tarik yang kuat bagi anak muda.

Acara ini terwujud berkat inisiatif dan gotong royong murni dari warga desa. Salah satu warga, Bapak Wedy, dalam wawancaranya, menjelaskan bahwa seluruh pendanaan berasal dari swadaya masyarakat setempat, dengan bantuan aktif dari pemuda Karang Taruna Desa Nglongah. “Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kerukunan dan kekompakan dalam membangun desa,” ujarnya. Pernyataan ini diperkuat oleh salah satu tokoh masyarakat yang hadir, yang tidak ingin disebutkan namanya. Ia menekankan pentingnya melestarikan kebudayaan sebagai identitas daerah dan berharap acara semacam ini dapat terus dilanjutkan secara turun-temurun.
Baca juga : Kisah Pahlawan ; Sagung Ayu Wah, Sang Putri Pemberani dari Tabanan
Kehadiran Bapak Lurah Yoyok beserta perangkat desa lainnya menunjukkan sinergi yang harmonis antara pemerintah desa dan masyarakat. Partisipasi ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga menjadi contoh kolaborasi positif dalam memajukan desa.
Pagelaran jaranan “Kridho Samudro” tidak hanya menjadi tontonan hiburan, tetapi juga menjadi simbol semangat persatuan dan kebanggaan akan warisan budaya lokal. Semangat ini diharapkan terus menyala, menginspirasi warga untuk terus berkarya dan membangun desa, serta merayakan kemerdekaan dengan cara yang bermakna.
Pewarta : Sugeng Rudianto
