
RI News Portal. Wonogiri – Koperasi Merah Putih (KMP) Desa Kopen, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri, resmi memulai operasional unit usahanya dengan fokus pada perdagangan produk olahan kakao, seiring dengan upaya pemerintah desa dalam memperkuat potensi unggulan lokal dan ketahanan pangan berbasis komoditas desa.
Unit usaha ini lahir dari sinergi antara visi Pemerintah Desa Kopen dalam menjadikan wilayahnya sebagai Kampung Cokelat Unggulan sejak 2022 dan semangat kolektif para petani kakao yang tergabung dalam koperasi. Kepala Desa Kopen, Sarto, menyatakan bahwa langkah ini merupakan strategi integratif yang bertujuan untuk mengoptimalkan komoditas yang sudah berakar dalam sejarah agrikultur desa.
“KMP Desa Kopen memang kami arahkan untuk membuka unit usaha yang sesuai dengan produk unggulan desa saja. Jadi nanti antarprogram saling terintegrasi,” ujar Sarto.

Kakao sendiri bukan tanaman baru bagi masyarakat Kopen. Sejak tahun 1980-an, tanaman ini telah diperkenalkan di desa, namun sempat mengalami kemunduran akibat rendahnya nilai ekonomi dan kurangnya perhatian dalam aspek pengolahan dan pemasaran. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Desa Kopen menggulirkan program intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman kakao sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi berbasis lokal.
Unit usaha KMP Kopen mengembangkan berbagai produk makanan dan minuman berbahan dasar cokelat hasil dari biji kakao petani setempat. Dengan skala usaha yang masih tergolong kecil dan didukung modal internal dari simpanan anggota, KMP Kopen telah mampu berpartisipasi dalam ajang promosi seperti Peringatan Hari Koperasi di Semarang.
Model usaha koperasi ini mencerminkan pendekatan bottom-up development, di mana partisipasi masyarakat menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi lokal. Anggota koperasi yang mayoritas petani diberdayakan tidak hanya sebagai produsen bahan baku, tetapi juga sebagai pelaku pengolahan dan pemasaran.
Tidak berhenti pada kakao, KMP Desa Kopen juga mulai menjajaki diversifikasi usaha melalui pengolahan susu kambing, seiring meningkatnya produksi ternak di desa tersebut. Menurut Sarto, integrasi antara unit koperasi dan potensi desa bertujuan menciptakan putaran ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan di tingkat lokal.
“Dengan menjalankan unit usaha yang komoditasnya diproduksi di desa, diharapkan akan mendongkrak putaran ekonomi di desa, sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi warga,” imbuhnya.
Inisiatif KMP Desa Kopen menunjukkan contoh konkret penerapan ekonomi berbasis komunitas (community-based economy) yang menempatkan koperasi sebagai instrumen pembangunan lokal. Integrasi antara koperasi dan potensi desa seperti kakao dan susu kambing menjadi bentuk nyata dari strategi ketahanan pangan desa yang holistik, sekaligus membuka ruang bagi kewirausahaan berbasis produk unggulan.
Model ini sejalan dengan teori endogenous development yang menekankan pentingnya pembangunan yang bertumpu pada kekuatan internal masyarakat, baik dari sisi sumber daya alam, manusia, maupun kelembagaan lokal. Selain itu, pendekatan ini turut mendukung agenda pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ke-8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi serta poin ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Meskipun masih dalam tahap awal dan berskala kecil, keberadaan KMP Desa Kopen membuka peluang besar untuk penguatan ekonomi desa melalui pengolahan komoditas lokal. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah permodalan, pengembangan kapasitas produksi, dan akses pasar.
Dukungan dari pemerintah daerah dan stakeholder terkait dibutuhkan untuk meningkatkan skala produksi, memperbaiki kemasan dan branding produk, serta memperluas jaringan distribusi. Ke depan, koperasi ini berpotensi menjadi contoh replikasi bagi desa lain dalam memanfaatkan koperasi sebagai motor penggerak ekonomi desa berbasis potensi unggulan.
Pewarta : Nandar Suyadi
