
RI News Portal. Yogyakarta – Guna mengatasi rendahnya serapan anggaran belanja makan dan minum melalui aplikasi E-Nglarisi pada platform Jogja Smart Service (JSS), Pemerintah Kota Yogyakarta mengambil langkah strategis dengan menerapkan sistem penilaian atau “raport” bagi setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Kebijakan ini merupakan upaya konkret untuk mengoptimalkan penggunaan aplikasi lokal dan mendukung pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) kuliner di Kota Pelajar.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyampaikan keprihatinannya atas capaian serapan aplikasi E-Nglarisi yang masih berada di angka 1,7% dari total anggaran makan dan minum Pemkot Yogyakarta. Angka ini dinilai sangat rendah, mengingat potensi besar dari UMKM kuliner di wilayah tersebut.
“Saya cukup prihatin dengan capaian serapan aplikasi E-Nglarisi yang disiapkan untuk menampung UMKM khususnya kuliner di Kota Yogyakarta,” ungkap Hasto, seraya menambahkan bahwa semangat luar biasa para pelaku UMKM harus didukung penuh.

Ia menekankan pentingnya siklus ekonomi yang tertutup (close loop), di mana perputaran uang tetap berada di dalam kota. Menurutnya, pemanfaatan belanja untuk kebutuhan makan dan minum yang masih mengalir keluar dari Kota Yogyakarta menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan ekonomi.
“Karena tanpa kita nglarisi warganya sendiri, tetangganya sendiri, kemudian kita mengeluarkan uang terlalu banyak uang yang capital flight, uang yang terbang ke tempat lain, maka kita sulit untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari sekarang,” tegasnya.
Untuk mendorong pemanfaatan E-Nglarisi, Hasto Wardoyo memperkenalkan sistem raport yang akan menilai kinerja setiap OPD. Mekanisme penilaian ini diharapkan dapat menjadi stimulus agar setiap OPD lebih proaktif dalam menggunakan aplikasi lokal tersebut.
Baca juga : Implementasi Filosofi ‘Gotong Royong’ Politik: Kasus Bantuan Pendidikan Ketua DPRD Madina
Sistem penilaian ini diklasifikasikan berdasarkan persentase serapan anggaran belanja makan dan minum melalui E-Nglarisi:
- Warna Merah: Serapan di bawah 25% atau 75% anggaran dihabiskan di luar aplikasi E-Nglarisi.
- Warna Kuning: Serapan mencapai 50%.
- Warna Hijau: Serapan mencapai lebih dari 70%.
Hasto juga mencontohkan keberhasilan kampanye produk lokal lain, seperti “Ayo AirJogja” yang diproduksi PDAM Tirtamarta. Dalam lima bulan terakhir, penjualan produk ini meningkat hingga lima kali lipat, dari Rp50 juta menjadi Rp250 juta per bulan. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa kampanye produk lokal dan dorongan dari pemerintah dapat memberikan dampak signifikan.
“Oleh karena itu marilah kita terus terus bangun, istilahnya close loop-lah, loop yang tertutup supaya uang itu muternya di kita,” pungkasnya.
Langkah inovatif ini diharapkan dapat mendongkrak penggunaan aplikasi E-Nglarisi secara signifikan, memberdayakan UMKM kuliner lokal, dan memperkuat pondasi ekonomi Kota Yogyakarta di masa depan. Kebijakan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta serius dalam mewujudkan ekosistem ekonomi yang mandiri dan berdaya saing.
Pewarta : Rendro P
