
RI News Portal. Sintang, Kalimantan Barat — Sampah plastik multilayer yang selama ini menjadi tantangan dalam penanganan limbah ternyata menyimpan potensi ekonomi yang besar. Dalam dialog interaktif bertajuk “Peluang Cuan dari Sampah” yang diselenggarakan Forum Komunikasi Masyarakat Sipil (FKMS) di Aula CU Keling Kumang, Selasa (17/6/2025), Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Hijrah Purnama Putra, memaparkan model inovatif pengelolaan sampah multilayer menjadi produk kerajinan tangan bernilai jual.
Dalam paparannya, Hijrah menjelaskan bahwa plastik multilayer terdiri dari beberapa lapisan—seperti plastik polimer, sablon tinta, dan alumunium foil—yang lazim ditemukan pada kemasan makanan ringan dan deterjen. Karakteristik kompleksnya membuat plastik jenis ini sulit terurai dan tidak ekonomis untuk didaur ulang secara industri. Namun, melalui pendekatan kerajinan tangan dan pemberdayaan masyarakat, sampah ini justru dapat menjadi sumber pendapatan alternatif.

“Produk hasil olahan tidak perlu rumit. Cukup dengan proses sederhana dan alat seadanya, masyarakat bisa menghasilkan dompet, tas, dan bunga hias dari sampah multilayer,” ujar Hijrah. Ia menekankan bahwa 85% dari proses produksi dilakukan dengan teknik menjahit setelah sampah dipilah, dihitung, dicuci, dijemur, dan disortir. Produk yang telah melewati tahapan quality control kemudian dipasarkan melalui marketplace dan media sosial.
Model produksi ini menekankan prinsip pemberdayaan dan inklusivitas. Alih-alih menunggu investasi teknologi tinggi, komunitas lokal didorong untuk memulai dengan keterampilan dasar yang dapat dimiliki siapa saja. Kreativitas dalam desain produk serta strategi pemasaran yang menarik menjadi kunci untuk menjangkau pasar lebih luas.
“Pemasaran harus menyasar media sosial yang ramai digunakan. Katalog produk harus eye catching agar menarik perhatian konsumen digital. Ini bukan sekadar daur ulang, tapi juga transformasi ekonomi,” jelas Hijrah.
Lebih lanjut, ia mendorong generasi muda untuk turut berinovasi dalam pengelolaan sampah. Menurutnya, kesadaran terhadap pemilahan dan pengurangan sampah plastik harus dimulai dari rumah tangga dan lingkungan terdekat.
Kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, dengan peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan masyarakat sipil di Kabupaten Sintang. Melalui dialog interaktif ini, tersampaikan pula pesan penting tentang dampak ganda dari pengelolaan sampah: selain mengurangi beban lingkungan, proses ini juga membuka lapangan pekerjaan dan memperpanjang siklus hidup material sebelum kembali menjadi limbah.
Hijrah menutup sesinya dengan refleksi, “Mengolah sampah bukan hanya soal kebersihan, tapi juga tentang inovasi, kolaborasi, dan keberlanjutan. Sampah bukan akhir, tapi awal dari peluang.”
Pendekatan yang dipaparkan Hijrah merepresentasikan paradigma baru dalam pengelolaan limbah—yakni circular economy berbasis komunitas. Hal ini sejalan dengan agenda pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Lebih dari sekadar praktik teknis, inisiatif ini dapat menjadi studi kasus strategis bagi kebijakan pengelolaan sampah nasional yang sering kali terjebak pada pendekatan teknologi skala besar tanpa pemberdayaan lokal. Sintang, dalam hal ini, menunjukkan bahwa desa dan kota kecil bisa menjadi pionir inovasi lingkungan berbasis masyarakat.
Pewarta : Salmi Fitri

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
#teman, #all, #wartawan, #berita