
RI News Portal. Probolinggo — Jenazah Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adriyanto, yang gugur dalam kecelakaan pesawat latih PK-S216 di Ciampea, Bogor, Minggu (3/8/2025), resmi dimakamkan di tempat pemakaman keluarga di Probolinggo, Jawa Timur, pada Senin (4/8/2025). Upacara pemakaman militer tersebut menjadi simbol penghormatan negara atas pengabdian almarhum yang telah mendedikasikan hidupnya untuk menjaga kedaulatan udara Republik Indonesia.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI I Nyoman Suadnyana membenarkan bahwa jenazah almarhum dikebumikan di kampung halamannya. “Jenazah almarhum akan dimakamkan di pemakaman keluarga, di Probolinggo, Jawa Timur,” ujar Nyoman, Senin (4/8), dalam keterangan kepada RRI.co.id.
Sebelumnya, prosesi pelepasan jenazah berlangsung khidmat di Apron Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pukul 07.00 WIB. Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI M. Tonny Harjono secara langsung memimpin penghormatan terakhir. Jenazah almarhum sempat disemayamkan di rumah duka, Kompleks TNI AU Trikora, Pancoran, Jakarta Selatan, sebelum diterbangkan ke Jawa Timur.

Marsma TNI Fajar Adriyanto adalah lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1992 dan dikenal sebagai penerbang tempur F-16 dengan sandi kehormatan “Red Wolf”. Kariernya dihiasi sejumlah penugasan strategis yang mencerminkan kepemimpinan dan profesionalisme tinggi di lingkungan TNI AU. Semasa hidup, Fajar dikenal sebagai sosok yang rendah hati, berdedikasi, dan menjadi teladan bagi generasi penerbang muda.
TNI AU menyampaikan belasungkawa mendalam atas wafatnya salah satu putra terbaik angkatan udara. Dalam pernyataan resminya, TNI AU menegaskan bahwa pengabdian Marsma Fajar akan selalu dikenang dan menjadi inspirasi dalam menjaga kedaulatan dan kehormatan udara Indonesia.
Kecelakaan yang menimpa pesawat latih PK-S216 terjadi saat misi latihan rutin di wilayah Ciampea, Bogor. Satu awak lainnya, bernama Roni, berhasil selamat dan kini dirawat secara intensif. Jenazah Marsma Fajar sebelumnya dievakuasi ke Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja, Bogor, untuk proses identifikasi dan penghormatan.
Kematian Marsma TNI Fajar dalam menjalankan tugas mengingatkan publik tentang risiko laten yang dihadapi oleh prajurit TNI, khususnya dalam lingkup latihan udara. Dalam kajian etika militer, pengorbanan semacam ini tidak hanya bermakna secara simbolik, tetapi juga menuntut peningkatan komitmen negara terhadap keamanan dan perlindungan prajurit selama menjalankan tugas-tugas berisiko tinggi.
Kecelakaan ini juga menjadi titik refleksi terhadap sistem pelatihan dan pengawasan armada udara sipil-militer yang digunakan dalam latihan. Perlu evaluasi menyeluruh terhadap kelayakan pesawat, manajemen risiko penerbangan, hingga sistem pendukung medis dan darurat, sebagai bagian dari tanggung jawab institusi pertahanan negara.
Di tengah pembangunan kekuatan udara nasional yang terus dikembangkan dalam kerangka postur Minimum Essential Force (MEF), figur seperti Marsma Fajar menjadi ikon penting: bukan hanya karena prestasi militer, tetapi karena dedikasi tanpa pamrih yang merepresentasikan nilai luhur seorang patriot.
Pemakaman Marsma Fajar Adriyanto tidak hanya menandai akhir dari perjalanan seorang prajurit, tetapi juga membuka ruang kesadaran bagi masyarakat luas tentang pentingnya menghargai profesi militer sebagai garda terdepan pertahanan negara. Gugur dalam tugas, Marsma Fajar meninggalkan warisan keberanian yang abadi—dan namanya akan tetap terbang tinggi di langit Indonesia.
Pewarta : Setiawan
