
RI News Portal. Jakarta, 19 Agustus 2025 – Dalam diskursus perkembangan anak di era digital, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Pratikno, menyoroti fenomena tingginya durasi paparan layar (screen time) di kalangan anak-anak Indonesia. Dalam pernyataannya usai membuka kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, ia mengungkapkan kekhawatiran terhadap dampak penggunaan gawai yang berlebihan terhadap tumbuh kembang anak.
Berdasarkan data yang disampaikan, rata-rata screen time masyarakat Indonesia mencapai tujuh jam per hari, dengan sebagian individu bahkan menghabiskan waktu hingga lebih dari 12 jam. Fenomena ini menjadi lebih kritis ketika melibatkan anak-anak, termasuk mereka yang berusia di bawah dua tahun, yang telah terpapar gawai. Pratikno menegaskan bahwa gawai sering kali digunakan sebagai alat untuk menenangkan anak yang rewel atau sulit makan, sehingga menyerupai peran “pengasuh digital”. Padahal, paparan layar yang berlebihan pada usia dini dapat mengganggu perkembangan kognitif, sosial, dan emosional anak.
“Fakta yang mengkhawatirkan adalah gawai kini berfungsi layaknya pengasuh anak,” ujar Pratikno. Ia menekankan perlunya pendekatan kolektif untuk mengedukasi masyarakat guna mengatasi tantangan ini. Dalam konteks akademis, pernyataan ini selaras dengan penelitian yang menunjukkan bahwa paparan layar yang tidak terkontrol dapat menghambat perkembangan bahasa, kemampuan atensi, dan interaksi sosial anak, sebagaimana dikemukakan dalam studi oleh American Academy of Pediatrics (2020).

Untuk menangani isu ini, pemerintah telah meluncurkan program Bijak dan Cerdas Berdigital, yang bertujuan meningkatkan literasi digital masyarakat sambil meminimalkan dampak negatif teknologi. Program ini menekankan pentingnya pengawasan orang tua dan pendidik dalam penggunaan teknologi oleh anak-anak. Lebih lanjut, Pratikno mengusulkan pemanfaatan teknologi digital, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), untuk keperluan produktif seperti pendidikan dan transfer pengetahuan. Namun, ia menegaskan bahwa penggunaan teknologi harus diimbangi dengan edukasi dan pengawasan ketat agar anak-anak dapat tumbuh sehat dan cerdas.
Baca juga : Kebijakan Pengurangan PBB di Kabupaten Badung: Kontinuitas dan Implikasinya terhadap Pembangunan Pertanian
Dari perspektif akademis, pendekatan ini sejalan dengan konsep digital citizenship yang menekankan penggunaan teknologi secara bertanggung jawab. Penelitian oleh Common Sense Media (2021) menunjukkan bahwa literasi digital yang efektif dapat mengurangi risiko adiksi teknologi dan meningkatkan kemampuan anak dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran. Dengan demikian, inisiatif seperti Bijak dan Cerdas Berdigital dapat menjadi langkah strategis untuk membentuk generasi yang mampu memanfaatkan teknologi secara seimbang.
Pernyataan Pratikno ini mengundang refleksi mendalam bagi para pemangku kepentingan, termasuk akademisi, praktisi pendidikan, dan orang tua, untuk merumuskan strategi yang lebih holistik dalam mengelola screen time anak. Kolaborasi lintas sektor menjadi krusial untuk memastikan bahwa digitalisasi tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Indonesia.
Pewarta : Yudha Purnama
