
RI News Portal. BOGOTA, Kolombia – Dua serangan terpisah mengguncang Kolombia pada Kamis (22/8), menewaskan sedikitnya 17 orang. Presiden Gustavo Petro menyebut aksi itu dilakukan oleh kelompok pembelot FARC, mantan organisasi bersenjata yang bubar setelah perjanjian damai 2016.
Sebanyak 12 polisi dilaporkan tewas ketika helikopter yang mereka tumpangi diserang saat menjalankan misi pemberantasan tanaman daun koka di wilayah Antioquia, Kolombia utara. Helikopter itu disebut diserang menggunakan drone hingga terbakar. Tiga personel lain mengalami luka-luka.

Di hari yang sama, sebuah mobil bermuatan bahan peledak meledak di dekat sekolah penerbangan militer di Cali, Kolombia barat daya. Ledakan tersebut menewaskan lima orang dan melukai lebih dari 30 orang lainnya.
Presiden Petro sempat menduga serangan helikopter dilakukan oleh kartel narkoba terbesar di Kolombia, Gulf Clan, sebagai balasan atas penyitaan kokain milik mereka. Namun, ia kemudian menegaskan bahwa aksi tersebut terkait dengan kelompok pembelot FARC. Seorang tersangka dari kelompok itu juga telah ditangkap di lokasi ledakan.
Baca juga : Mantan Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe Ditangkap, Diduga Salahgunakan Dana Publik
Baik kelompok pembelot FARC maupun Gulf Clan diketahui masih aktif beroperasi di wilayah Antioquia, yang menjadi salah satu pusat produksi kokain. Menurut laporan terbaru Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), luas lahan tanaman koka di Kolombia mencapai rekor 253.000 hektare pada 2023.
Pewarta : Setiawan S.TH
