RI News Portal. Semarang, 2 November 2025 – Genangan banjir yang masih menggenangi sebagian besar wilayah Kota Semarang hingga hari ini telah menimbulkan korban jiwa sebanyak empat orang, di mana tiga di antaranya adalah anak-anak. Dampaknya meluas, memengaruhi 22.653 keluarga atau setara dengan 47.646 jiwa yang terpaksa menghadapi kondisi darurat lingkungan.
Edy Susilo, ahli hidrologi dari Universitas Semarang (USM), menyoroti bahwa banjir di kawasan seperti Kaligawe dan sekitarnya tidak semata-mata disebabkan oleh intensitas hujan yang ekstrem. “Fenomena rob memang bersifat periodik dan memerlukan infrastruktur tanggul laut untuk penanganan jangka panjang. Namun, untuk banjir hujan seperti yang terjadi saat ini, akar masalah utama terletak pada sistem pompa yang gagal beroperasi secara optimal,” ujar Edy dalam wawancara eksklusif.
Menurut Edy, transformasi lahan perkotaan di Semarang menjadi pemicu struktural utama. Alih fungsi lahan secara masif telah menggerus luas area terbuka hijau dan zona resapan air, sehingga kapasitas tanah untuk menyerap air hujan menurun tajam. “Pemerintah pusat dan daerah telah menetapkan regulasi keseimbangan hidrologi melalui prinsip zero delta Q, yang mengharuskan pembangunan tidak menambah volume limpasan air. Sayangnya, penegakan aturan ini masih tergolong lemah, sehingga banjir menjadi konsekuensi berulang,” paparnya.

Sebagai alternatif inovatif, Edy merekomendasikan penerapan pipa resapan horizontal di tingkat mikro, seperti di permukiman dan kawasan industri. Teknologi ini memungkinkan air hujan dialirkan secara horizontal ke lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga meningkatkan laju infiltrasi tanpa memerlukan lahan luas. “Pendekatan ini lebih adaptif untuk kota padat seperti Semarang, di mana ruang vertikal terbatas,” tambahnya.
Di sisi lain, proyek tanggul laut yang menghubungkan Semarang dan Demak dipandang sebagai elemen krusial untuk mitigasi rob. Meski demikian, Edy menegaskan bahwa tanpa pemeliharaan ketat terhadap jaringan pompa existing, upaya tersebut akan sia-sia. “Pompa adalah tulang punggung pengendalian air urban. Pengawasan rutin, termasuk deteksi dini kerusakan melalui sensor digital, harus menjadi prioritas untuk memastikan efisiensi operasional,” katanya.
Analisis ini menggarisbawahi urgensi integrasi antara kebijakan tata ruang, inovasi teknologi sederhana, dan manajemen infrastruktur. Tanpa langkah holistik, banjir di Semarang berisiko menjadi ancaman kronis yang menghambat pembangunan berkelanjutan di ibu kota Jawa Tengah.
Pewarta : Sriyanto

