RI News Portal. Haikou, 2 Desember 2025 – Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dinobatkan sebagai salah satu dari delapan perusahaan penerima penghargaan filantropi paling bergengsi di Asia pada Forum Filantropi Asia 2025 yang digelar di Provinsi Hainan, Tiongkok. Penghargaan ini diberikan atas kontribusi luar biasa IMIP dalam empat pilar utama: perlindungan lingkungan, pendidikan, pemberdayaan sosial, dan kolaborasi masyarakat yang terukur serta berkelanjutan.
Proses seleksi yang melibatkan verifikasi lapangan independen dan analisis dampak jangka panjang menempatkan IMIP di posisi terdepan berkat pendekatan filantropi yang tidak lagi bersifat sporadis, melainkan terintegrasi dalam strategi inti perusahaan. Penilaian juri menekankan bahwa model IMIP berhasil mengubah kawasan industri menjadi ekosistem pembangunan manusia yang hidup berdampingan dengan operasi smelter nikel skala dunia.
“Kami tidak memisahkan pembangunan industri dari pembangunan manusia,” ungkap Sekretaris Jenderal Yayasan Pembangunan Berkelanjutan IMIP, Dermawati Sihite, usai menerima penghargaan. “Sejak 2013, visi kami adalah membangun masyarakat yang setara dengan membangun pabrik. Penghargaan ini menjadi pengakuan bahwa pendekatan tersebut tidak hanya benar secara moral, tetapi juga efektif secara praktis.”

Di bidang pendidikan dan kesehatan, IMIP telah membangun dan mengoperasikan puluhan fasilitas sekolah serta pusat layanan medis yang melayani ribuan warga Morowali dan sekitarnya tanpa memandang status karyawan. Program beasiswa hingga jenjang perguruan tinggi dan pelatihan vokasi menjadi jembatan utama penyerapan tenaga kerja lokal yang kini mencapai lebih dari 80 persen dari total 90.000 pekerja.
Sementara itu, inisiatif lingkungan menunjukkan pendekatan yang sama sistematisnya. Penanaman mangrove di lebih dari 500 hektare kawasan pesisir, pengembangan pertanian organik berbasis koperasi petani, hingga pengembangan ekowisata berbasis masyarakat menjadi bukti bahwa industri berat dapat menjadi katalis pemulihan ekosistem, bukan hanya konsumen sumber daya.
Wakil Sekjen Yayasan, Ou Xiangbin, menyatakan bahwa penghargaan ini bukan titik akhir, melainkan akselerator. “Kami akan memperluas cakupan dan memperdalam intensitas program. Yang terpenting, kami ingin model ini direplikasi oleh kawasan industri lain di Indonesia dan Asia,” katanya.
Baca juga : Musrenbang HAM Nasional 2025: Indonesia Mulai Bangun Hak Asasi Manusia Secara Terencana dan Kolektif
Didirikan melalui kemitraan strategis antara Dingxin Group dan BintangDelapan Group pada 2013, IMIP kini mengelola kawasan hilirisasi nikel terintegrasi terbesar di dunia seluas lebih dari 3.000 hektare. Namun, pertumbuhan ekonomi yang eksponensial itu diimbangi dengan komitmen sosial yang kini diakui secara regional.
Pengakuan dari Forum Filantropi Asia 2025 ini memperkuat tesis bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tidak lagi menjadi “biaya tambahan”, melainkan investasi strategis yang meningkatkan legitimasi, stabilitas operasional, dan daya saing jangka panjang. Di tengah sorotan global terhadap praktik industri nikel, IMIP menawarkan narasi alternatif: industrialisasi yang inklusif dan regeneratif adalah keniscayaan, bukan pilihan.
Pewarta : Anjar Bramantyo

