RI News Portal. Berlin, 27 November 2025 – Kanselir Jerman Friedrich Merz menyampaikan peringatan keras kepada Amerika Serikat dalam pidato di Bundestag pada Rabu sore: setiap format perundingan mengenai masa depan Ukraina yang tidak melibatkan Eropa secara setara berisiko menghasilkan kesepakatan rapuh yang tidak akan bertahan lama.
“Dalam fase krusial bagi Ukraina, bagi Eropa, dan bagi mitra kami di Amerika Serikat, saya ingin menegaskan dengan tegas: urusan Eropa hanya dapat diputuskan bersama Eropa,” kata Merz di hadapan anggota parlemen yang sebagian besar memberikan applaus panjang dari fraksi koalisi dan oposisi.
Pernyataan itu secara implisit merespons spekulasi bahwa pemerintahan baru AS di bawah Presiden Donald Trump cenderung mencari penyelesaian cepat dengan Moskow, potensial melalui format bilateral atau dengan melibatkan aktor-aktor di luar Uni Eropa dan Ukraina sendiri. Merz menolak keras pendekatan semacam itu.
“Eropa bukan pion di papan catur kekuatan besar. Eropa adalah aktor berdaulat yang memiliki kepentingan dan nilai sendiri,” tegasnya. “Kesepakatan yang dinegosiasikan di atas kepala Ukraina dan Eropa tidak akan pernah menjadi fondasi perdamaian yang langgeng.”

Pemimpin CDU itu menggarisbawahi bahwa satu-satunya jalan keluar yang realistis dan berkelanjutan dari perang tetap bergantung pada keputusan Rusia sendiri. “Perang ini bisa berakhir besok pagi—if Russia ended its illegal war and withdrew its troops from foreign soil,” ujarnya dalam bahasa Inggris yang disisipkan secara sengaja—sebuah isyarat diplomatik yang jarang ia lakukan.
Merz menyambut baik revisi yang dilakukan terhadap proposal awal 28 poin dari tim Trump setelah pertemuan trilateral AS–Ukraina–Eropa di Jenewa akhir pekan lalu. Menurut sumber di Kementerian Luar Negeri Jerman, revisi tersebut mencerminkan masukan Eropa yang signifikan, terutama terkait jaminan keamanan jangka panjang bagi Kyiv dan mekanisme kontrol perjanjian yang melibatkan Uni Eropa serta OSCE.
Kanselir kembali menegaskan komitmen Jerman dan Uni Eropa untuk terus mendukung Ukraina “selama diperlukan”. Ia secara khusus menyebut rencana pemberian pinjaman baru senilai hingga 140 miliar euro yang dijamin dengan pendapatan dari aset bank sentral Rusia yang dibekukan—sebagian besar disimpan di Belgia.
“Vladimir Putin harus memahami pesan yang sangat jelas: ia tidak memiliki prospek kemenangan militer. Semakin lama ia bertahan, semakin besar kerugian yang akan ditanggung Rusia—baik di medan perang maupun secara ekonomi,” kata Merz.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya “persatuan tiga lapis”: persatuan internal Eropa, solidaritas tanpa syarat dengan Ukraina, serta kohesi aliansi transatlantik. “Hanya dengan bersatu kita dapat memaksa Kremlin duduk di meja perundingan dengan posisi yang realistis,” ujarnya.
Di dalam negeri, pidato Merz sekaligus menjadi sinyal kepada mitra koalisi SPD dan Die Grünen yang selama ini lebih vokal menyerukan “diplomasi tanpa prasyarat”. Dengan nada yang lebih tegas dari pendahulunya Olaf Scholz, Merz tampak ingin menempatkan Jerman sebagai jangkar stabilitas Eropa sekaligus penjaga prinsip bahwa tidak ada perdamaian yang bisa dicapai dengan mengorbankan kedaulatan Ukraina atau mengesampingkan suara Eropa.

Beberapa pengamat menilai pernyataan Rabu ini sebagai upaya Merz memperkuat kredibilitasnya sebagai kanselir “Atlantik sekaligus Eropa”—posisi yang krusial menjelang KTT NATO di Den Haag tahun depan dan negosiasi anggaran pertahanan UE 2026–2032.
Sampai saat berita ini disusun, Gedung Putih belum memberikan respons resmi atas peringatan Kanselir Merz. Namun, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS yang tidak mau disebut namanya menyatakan bahwa “Amerika Serikat tetap berkomitmen penuh terhadap proses yang inklusif dan menghormati peran sentral Eropa serta kedaulatan Ukraina.”
Satu hal yang kini semakin jelas: di tengah ketidakpastian transisi kekuasaan di Washington, suara Berlin—dan Eropa secara keseluruhan—tidak lagi bersedia menjadi penonton pasif dalam penulisan babak akhir perang terbesar di benua ini sejak 1945.
Pewarta : Anjar Bramantyo

