RI News Portal. Jakarta, 25 November 2025 – Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan bahwa pencapaian ekspor nasional pada periode Januari–September 2025 yang tumbuh 8,14 persen (year-on-year) serta surplus perdagangan yang melonjak 50,93 persen menjadi modal kuat untuk melampaui target pertumbuhan ekspor tahunan sebesar 7,1 persen. Pernyataan ini disampaikan dalam Strategic Forum bertajuk “Perluasan Pasar Ekspor ke Peru dan Tunisia: Potensi, Peluang, dan Tantangan IP-CEPA dan IT-PTA” yang digelar di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan (PPEJP) Kementerian Perdagangan, Selasa (25/11).
Dalam paparannya, Mendag Budi Santoso menggarisbawahi perlunya percepatan diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional. “Kita tidak boleh lagi bergantung pada segelintir pasar besar. Peru dan Tunisia adalah contoh konkret pasar baru yang menawarkan peluang signifikan, baik dari sisi volume maupun nilai tambah,” ujarnya.
Menurut Mendag, keberhasilan pertumbuhan ekspor hingga kuartal ketiga 2025 tidak terlepas dari tiga pilar kebijakan utama pemerintah: (1) pengamanan pasar domestik, (2) perluasan akses pasar ekspor, dan (3) pemberdayaan UMKM agar mampu menembus pasar global. Pemanfaatan teknologi digital, khususnya platform business matching daring yang didampingi Atase Perdagangan dan perwakilan diplomatik, menjadi instrumen kunci dalam strategi ini.

“Kami telah menyederhanakan proses pemanfaatan perjanjian dagang. Sistem Surat Keterangan Asal (SKA) preferensi kini berjalan otomatis sehingga eksportir langsung mendapatkan tarif 0 persen tanpa hambatan administrasi berbelit,” tegas Mendag. Ia menambahkan, masih banyak pelaku usaha—termasuk BUMN—yang belum memaksimalkan fasilitas perjanjian perdagangan bebas yang telah ditandatangani Indonesia dengan lebih dari 20 negara dan kawasan.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono menambahkan bahwa Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA) yang baru saja berlaku efektif menjadi pintu masuk strategis bagi diversifikasi ke Amerika Latin, sekaligus memperingati 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Sementara itu, Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) membuka peluang baru di kawasan Afrika Utara dan Mediterania.
“Forum seperti ini kami selenggarakan secara reguler, baik luring maupun daring, agar informasi perjanjian dagang tidak hanya sampai di level pemerintah pusat, tetapi juga menjangkau dinas provinsi, asosiasi, akademisi, hingga pelaku usaha skala mikro,” papar Djatmiko. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas pemangku kepentingan untuk mengonversi potensi menjadi transaksi riil melalui sesi business matching yang difasilitasi langsung dengan buyer dari Peru dan Tunisia.
Baca juga : Kerugian Penipuan Digital di Indonesia Capai Rp790 Miliar dalam Setahun Pertama Operasi Anti-Scam Center OJK
Djatmiko juga mengungkapkan bahwa pemerintah sedang menyiapkan mekanisme pendampingan intensif bagi UMKM yang baru pertama kali mengekspor, mulai dari pemenuhan standar internasional, pengurusan dokumen preferensi, hingga akses pembiayaan ekspor. “Target kami bukan hanya pertumbuhan angka ekspor, melainkan pemerataan manfaat perdagangan bagi seluruh lapisan pelaku usaha nasional,” tandasnya.
Acara yang diikuti ratusan peserta dari kalangan eksportir, asosiasi sektor, akademisi, dan perwakilan pemerintah daerah ini ditutup dengan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama business matching antara pelaku usaha Indonesia dengan calon mitra dari Peru dan Tunisia. Langkah ini diharapkan menjadi katalis percepatan realisasi ekspor ke dua negara tersebut sebelum akhir tahun 2025.
Dengan momentum pertumbuhan ekspor yang melampaui target serta komitmen pemerintah memperluas akses pasar non-tradisional, Indonesia semakin memperkokoh posisinya sebagai salah satu kekuatan ekspor utama di kawasan Asia Tenggara.
Pewarta : Albertus Parikesit

