RI News Portal. Deir al-Balah, Jalur Gaza 6 November 2025 – Militer Israel mengonfirmasi pada Rabu (5/11) bahwa kelompok Hamas telah menyerahkan satu jenazah yang diyakini milik sandera Israel kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Gaza. Penyerahan ini merupakan bagian dari mekanisme pertukaran yang diatur dalam gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat sejak 10 Oktober lalu.
Menurut pernyataan resmi militer Israel, jenazah ialah yang ke-22 yang dikembalikan sejak kesepakatan diberlakukan. Jika identitas jenazah ini terverifikasi melalui pemeriksaan forensik, maka tersisa enam jenazah sandera yang masih berada di Gaza. Proses identifikasi dilakukan di Institut Forensik Nasional Israel di Tel Aviv, dengan protokol yang melibatkan analisis DNA dan antropologi forensik.
Penemuan jenazah terbaru ini berlangsung di kawasan Shijaiya, Gaza City, di tengah reruntuhan bangunan yang hancur akibat operasi militer sebelumnya. Saksi mata melaporkan kehadiran buldoser berbendera Mesir yang didukung oleh tim teknis Kairo, bekerja sama dengan Brigade Al-Qassam yang mengamankan perimeter. Kendaraan ICRC terlihat mengangkut kantong jenazah menuju perbatasan Rafah untuk kemudian diserahterimakan ke pihak Israel.

Sejak akhir Oktober, Mesir telah mengerahkan unit pencari khusus yang dilengkapi alat berat dan teknologi pemindaian tanah untuk mempercepat lokalisasi jenazah. Langkah ini merespons keluhan Hamas bahwa kerusakan infrastruktur ekstrem menyulitkan pemulihan sistematis. Kelompok tersebut menyatakan hanya mampu mengembalikan satu hingga tiga jenazah setiap beberapa hari karena keterbatasan sumber daya dan medan.
Sebaliknya, Israel menuntut akselerasi proses dan dalam beberapa kasus mempersoalkan integritas jenazah yang diterima—termasuk dugaan penyerahan bagian tubuh yang tidak lengkap atau manipulasi lokasi penemuan. Pada Selasa (4/11), Israel menyerahkan 15 jenazah warga Palestina sebagai bagian dari skema timbal balik, sehari setelah pengembalian jenazah Itay Chen, tentara Israel yang gugur dalam serangan 7 Oktober 2023. Total, ICRC mencatat 285 jenazah Palestina telah dikembalikan ke Gaza sejak gencatan senjata.
Pejabat kesehatan Gaza mengungkapkan kendala signifikan dalam mengidentifikasi jenazah yang diterima dari Israel akibat keterbatasan kit DNA dan laboratorium yang rusak. Sementara itu, Israel tidak merilis data mengenai asal-usul jenazah yang diserahkan, meski mengikuti pola 15 jenazah per satu jenazah sandera Israel.
Baca juga : Pertempuran Sengit di Pokrovsk: Rusia Klaim Kemajuan Utara, Ukraina Perkuat Blokade Infiltrasi
Fase pertama perjanjian 20 poin menjadikan pengembalian seluruh jenazah sandera sebagai prasyarat transisi ke tahap berikutnya. Rencana lanjutan mencakup pembentukan pasukan stabilisasi internasional dengan mandat Dewan Keamanan PBB, meski komposisi dan mekanisme operasionalnya masih dalam negosiasi.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menegaskan di Doha bahwa legitimasi internasional menjadi kunci keberhasilan rekonstruksi tata kelola Gaza. “Setiap entitas baru harus memiliki mandat jelas dari Dewan Keamanan,” ujarnya.

Konflik yang dipicu serangan lintas batas 7 Oktober 2023—yang menewaskan 1.200 warga Israel dan menyandera 251 orang—telah berlangsung dua tahun. Respons militer Israel dilaporkan menyebabkan lebih dari 68.800 kematian di Gaza menurut data Kementerian Kesehatan setempat, yang dianggap kredibel oleh para ahli independen meski dibantah Israel tanpa menyertakan angka alternatif.
Gencatan senjata saat ini tetap rapuh. Meski jumlah korban menurun drastis, laporan sporadis tentang insiden tembak-menembak dan pembatasan bantuan kemanusiaan terus mencuat dari kedua belah pihak.
Proses pertukaran jenazah tidak hanya menjadi ujian teknis forensik, tetapi juga indikator kepercayaan dalam diplomasi pasca-konflik. Keberhasilan tahap ini akan menentukan kesiapan komunitas internasional untuk melangkah ke rekonstruksi dan stabilisasi jangka panjang di Jalur Gaza.
Pewarta : Setiawan Wibisono

