RI News Portal. Abu Dhabi, 18 Oktober 2025 – Dalam langkah kemanusiaan yang monumental, kapal bantuan Uni Emirat Arab (UEA) kini meluncur menuju Jalur Gaza sebagai puncak dari Operation Chivalrous Knight 3. Dengan muatan mencapai 7.200 ton bantuan esensial, inisiatif ini bukan sekadar pengiriman barang, melainkan strategi terintegrasi untuk menyelamatkan nyawa di tengah krisis yang mengguncang wilayah tersebut. Dipimpin langsung atas arahan Presiden Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, operasi ini menegaskan posisi UEA sebagai pelopor solidaritas global, jauh melampaui upaya konvensional.
Kapal raksasa itu membawa paket bantuan yang dirancang secara presisi, mencerminkan analisis mendalam terhadap kebutuhan Gaza yang semakin akut. Sebanyak 4.680 ton difokuskan pada pangan pokok—beras, tepung, dan konsentrat nutrisi—untuk memerangi kelaparan massal yang telah menjangkiti lebih dari 80 persen populasi, menurut laporan internal UEA. Ini bukan bantuan sementara; stok ini diproyeksikan mencukupi kebutuhan 500.000 jiwa selama dua bulan penuh, dengan formula khusus untuk anak-anak dan lansia yang rentan.
Lebih dari itu, 2.160 ton dialokasikan untuk perlindungan dasar: tenda tahan badai, selimut isolasi termal, dan pakaian musim dingin yang dirancang untuk bertahan di suhu Gaza yang diprediksi turun hingga nol derajat Celsius akhir tahun ini. “Kami tidak hanya memberi makanan, tapi membangun benteng melawan dingin dan kehancuran,” ujar Dr. Fatima Al Suwaidi, koordinator senior operasi dari Emirates Red Crescent, dalam wawancara eksklusif.

Sementara 360 ton perlengkapan medis—termasuk antibiotik, vaksin, dan alat bedah portabel—ditargetkan untuk 50 rumah sakit darurat. Empat tangki air raksasa, masing-masing berkapasitas 50.000 liter, melengkapi muatan untuk memastikan akses air bersih bagi 200.000 warga, mengatasi krisis sanitasi yang telah memicu wabah penyakit menular.
Operation Chivalrous Knight 3 lahir dari kolaborasi epik antara lembaga amal domestik UEA dan mitra internasional, menciptakan model “humanitarian fusion” yang belum pernah ada sebelumnya. Berbeda dari pengiriman sporadis, operasi ini mengintegrasikan teknologi pelacakan satelit untuk memantau distribusi real-time, memastikan 100 persen bantuan sampai ke tangan warga tanpa hambatan birokrasi. “Ini adalah bukti bahwa solidaritas bukan slogan, tapi arsitektur respons krisis,” tegas Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, pengawas utama, yang menyoroti bagaimana UEA mengalokasikan 5 persen anggaran nasional untuk inisiatif seperti ini sejak 2023.
Baca juga : Der Klassiker: Duel Atas Takhta Bundesliga yang Tak Pernah Pudar
Presiden Sheikh Mohamed bin Zayed menekankan prioritas ini dalam pidato virtualnya: “Kerja kemanusiaan adalah denyut nadi identitas UEA. Kami tidak berhenti di Gaza; ini adalah komitmen abadi untuk Palestina dan dunia.” Operasi ketiga ini melanjutkan warisan dua misi sebelumnya yang telah menyelamatkan 1,2 juta nyawa, dengan tambahan inovasi seperti drone pengiriman untuk zona konflik panas.
Para ahli memprediksi bantuan ini akan mengurangi tingkat kematian akibat kelaparan hingga 40 persen dalam tiga bulan ke depan, sambil membangun ketahanan jangka panjang melalui pelatihan lokal untuk distribusi. “UEA tidak hanya mengirim kapal; mereka mengirimkan blueprint untuk kemanusiaan abad 21,” komentar Prof. Aisha Rahman dari Center for Global Humanitarian Studies, yang terlibat dalam perencanaan.
Saat kapal mendekati pelabuhan Gaza, tim UEA siap berkoordinasi dengan otoritas lokal untuk penyaluran seketika. Inisiatif ini bukan akhir, melainkan babak baru dalam narasi UEA sebagai “Knight of the Global South”—contoh iritabel bagaimana satu negara bisa mengubah trajektori krisis dunia. Dengan operasi ini, Gaza bukan lagi sekadar berita duka; ia menjadi kisah ketangguhan yang dibangun bersama.
Pewarta : Setiawan Wibisono

