
RI News Portal. Jakarta, 2 Oktober 2025 – Menteri Lingkungan Hidup (LH) sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, mengungkapkan hasil sementara pemeriksaan terhadap perusahaan ekspor cengkeh PT NJS yang diduga tercemar zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) menunjukkan tingkat radiasi normal. Pernyataan ini disampaikan usai Forum Kolaborasi Pemulihan Ekosistem Gambut di Jakarta, Kamis (2/10).
Pemeriksaan dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Tim Gegana Polri. Fokus pemeriksaan adalah fasilitas PT NJS menyusul laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) yang menduga adanya cemaran Cesium-137 pada produk cengkeh yang diekspor perusahaan tersebut.
“Hasil pemeriksaan di lokasi perusahaan menunjukkan tingkat radiasi rata-rata 0,04 hingga 0,07 mikrosievert per jam, sesuai dengan latar radiasi alami (background radiation),” ungkap Hanif. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan temuan di Kawasan Industri Modern Cikande, Banten, yang mencapai 1.000 mikrosievert per jam pada kasus sebelumnya. Meski demikian, Hanif menegaskan akan melakukan peninjauan langsung ke lokasi untuk memastikan temuan tersebut.

Saat ini, produk cengkeh yang diblokir FDA masih dalam proses pengembalian ke Indonesia. “Barang re-impor belum tiba, jadi kami fokus memeriksa fasilitas perusahaan terlebih dahulu,” tambahnya.
Kasus dugaan cemaran Cesium-137 pertama kali dilaporkan FDA pada produk cengkeh PT NJS, yang kemudian memicu pemblokiran seluruh ekspor rempah perusahaan tersebut ke Amerika Serikat. Kasus serupa juga terjadi pada produk udang beku PT Bahari Makmur Sejati (BMS), yang mengakibatkan penyegelan kawasan pabrik di Cikande oleh Satgas yang diketuai Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan.
Zulkifli, pada Selasa (30/9), menegaskan bahwa kasus kontaminasi Cesium-137 terbatas pada Kawasan Industri Modern Cikande dan tidak memengaruhi rantai pasok nasional maupun ekspor secara luas. Pemerintah kini tengah fokus pada upaya dekontaminasi di lokasi terdampak, penyediaan fasilitas penyimpanan sementara limbah radioaktif, dan penanganan kesehatan masyarakat sekitar.
Baca juga : Timor-Leste Resmi Bergabung dengan ASEAN: Babak Baru Integrasi Regional
Meskipun hasil sementara menunjukkan tingkat radiasi normal di fasilitas PT NJS, pemerintah tetap waspada. Hanif menyatakan bahwa pihaknya akan terus memantau dan memverifikasi sumber cemaran. “Kami ingin memastikan apakah angka radiasi ini memang benar-benar dari latar alami atau ada faktor lain,” ujarnya.
Upaya dekontaminasi dan pengelolaan limbah Cesium-137 menjadi prioritas untuk mencegah dampak lingkungan dan kesehatan. Pemerintah juga berkomitmen untuk memperkuat pengawasan ekspor produk pangan guna menjaga kepercayaan pasar internasional.
Pewarta : Yudha Purnama
