
RI News Portal. Wonogiri, 26 September 2025 – Kacang mete telah menjadi ikon camilan khas Wonogiri, Jawa Tengah, yang tidak hanya memikat lidah dengan rasa gurih dan nikmat, tetapi juga dikenal sebagai produk premium dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan camilan lainnya. Popularitasnya sebagai pelengkap camilan, termasuk dalam paket snack untuk acara hajatan seperti pernikahan, menjadikan kacang mete sebagai primadona di kalangan masyarakat lokal maupun wisatawan.
Berdasarkan laporan RI News, menjelang musim hajatan, harga kacang mete di Wonogiri mencapai Rp135.000 per kilogram untuk mete kering oven dan Rp140.000 per kilogram untuk mete goreng. Saat musim Lebaran atau puncak acara hajatan, harga mete goreng bahkan bisa melonjak hingga Rp150.000 per kilogram. Tingginya harga ini tidak terlepas dari besarnya minat pasar serta proses produksi yang rumit dan memakan waktu.
Salah satu pusat pengolahan kacang mete di Wonogiri terletak di Kecamatan Jatisrono, tepatnya di Desa Tanggulangin, tempat Bu Suti, seorang pengrajin mete, menjalankan usahanya. Dalam wawancara dengan RI News pada Jumat (26/9/2025), Bu Suti menceritakan perjalanan bisnisnya yang dimulai pada 2001 dengan modal terbatas. Awalnya, ia hanya mengolah 10-20 kilogram mete gelondong (biji mete mentah) yang dipecah, dikupas, dikeringkan, dan dikemas sendiri.

Seiring meningkatnya permintaan, Bu Suti mulai memperluas usahanya dengan melibatkan warga sekitar sebagai pekerja produksi. Kini, ia mampu mengolah 1-3 ton mete gelondong, yang diantar langsung ke rumah-rumah pengrajin untuk dikupas. “Cara ini efektif dan praktis. Pengrajin tinggal menunggu kiriman mete gelondong, lalu saya ambil setelah selesai dikupas,” ujar Bu Suti. Bisnisnya kini dikelola bersama suami dan anaknya, menawarkan mete dalam dua varian: mentah (Rp135.000 per kg) dan matang goreng (Rp140.000 per kg).
Meski harganya tergolong tinggi, permintaan terhadap kacang mete tetap melonjak, terutama saat Lebaran dan musim hajatan. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, pedagang sering kali harus meningkatkan stok hingga berkali lipat.
Proses pengolahan kacang mete dimulai dari pemanenan jambu monyet, di mana biji mete dipisahkan dari buahnya. Tantangan terbesar terletak pada pengupasan kulit biji yang mengandung cairan beracun dan korosif, yang dalam bahasa Jawa disebut “pudoh”. Untuk mengatasi ini, biji mete harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum dikupas menggunakan alat khusus bernama kacip. Setelah itu, biji dikeringkan kembali di bawah sinar matahari untuk mempermudah pengelupasan kulit ari dan mengurangi kadar air.
Baca juga : Polres Lampung Barat Pimpin Gerakan Bersih-Bersih: Langkah Menuju Indonesia Hijau di 2029
Proses ini tidak hanya membutuhkan ketelitian, tetapi juga kesabaran, karena biji mete harus tetap utuh agar nilai jualnya tinggi. “Prosesnya panjang dan tidak mudah, itulah mengapa harganya lebih mahal dibandingkan camilan lain,” tambah Bu Suti.
Menurut Dinas Pertanian Wonogiri, kacang mete telah menjadi camilan khas daerah ini sejak era Orde Baru pada 1980-an, ketika Wonogiri menjadi sentra penanaman jambu mete di Pulau Jawa. Namun, produksi lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan industri pengolahan, sehingga banyak pengrajin mendatangkan mete gelondong dari Sumbawa dan Sulawesi.
Kondisi geografis Wonogiri yang berbukit dan cenderung kering sangat mendukung pertumbuhan pohon jambu mete, yang membutuhkan sinar matahari langsung dalam waktu lama. Meski begitu, perkebunan mete skala besar belum berkembang di daerah ini. “Kebanyakan hanya tanaman kebun skala kecil,” ungkap seorang pejabat Dinas Pertanian.
Industri pengolahan mete terus berkembang dan menjadikan kacang mete sebagai oleh-oleh khas Wonogiri, yang kerap disebut “Kota Sukses”. Keunikan rasa, kualitas premium, dan proses produksi yang penuh dedikasi menjadikan kacang mete tidak hanya sebagai camilan, tetapi juga simbol kebanggaan lokal. Dengan permintaan yang terus meningkat, kacang mete Wonogiri diprediksi akan tetap menjadi primadona di pasar camilan, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun acara spesial.
Pewarta : Nandar Suyadi
