
RI News Portal. Padang Lawas, Sumatera Utara 25 September 2025 – Di tengah hiruk-pikuk musim penghujan yang sering menyulitkan akses jalan berlumpur di kawasan pedesaan Kabupaten Padang Lawas, sebuah inisiatif sederhana namun berdampak besar hadir membawa harapan bagi warga. Puskesmas Ujungbatu 1 Kecamatan Hutaraja Tinggi menggelar program pengobatan gratis di Desa Ujungbatu 4, tepatnya di Kampung Baru, yang hanya berjarak beberapa kilometer dari persimpangan Ujungbatu Trans Aliaga. Kegiatan ini, yang berlangsung pada Sabtu pagi (24/9), langsung disambut dengan antusiasme luar biasa dari masyarakat sekitar, menjadikannya sebagai contoh nyata bagaimana layanan kesehatan primer dapat menjembatani kesenjangan akses di wilayah terpencil Sumatera Utara.
Bayangkan suasana di lapangan terbuka Kampung Baru: puluhan warga berbondong-bondong datang sejak subuh, membawa serta cerita panjang tentang keluhan kesehatan yang selama ini tertunda. Lansia dengan langkah gontai, ibu-ibu rumah tangga yang biasa mengurus sawah dan kebun, serta anak-anak kecil yang ikut serta, semuanya terlihat berdesak-desakan di depan tenda pemeriksaan sementara. “Ini seperti pesta kecil bagi kami,” ujar seorang nenek berusia 72 tahun yang hanya menyebut dirinya Bu Siti, sambil menggenggam obat tekanan darah yang baru diresepkan. Antusiasme ini bukan sekadar datang berobat, tapi juga menjadi momen komunal di mana warga saling berbagi pengalaman hidup di tengah keterbatasan infrastruktur.

Program pengobatan gratis ini bukanlah acara sporadis, melainkan bagian dari upaya Puskesmas Ujungbatu 1 untuk memperluas jangkauan layanan promosi dan pencegahan kesehatan, sesuai dengan mandat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang pemberdayaan masyarakat pedesaan. Selama dua jam pelayanan, tim medis menyediakan pemeriksaan umum, pengukuran tekanan darah, konsultasi gizi, serta distribusi obat-obatan dasar tanpa biaya. Fokus utama tertuju pada kelompok rentan seperti lansia dan perempuan usia subur, yang sering kali kesulitan mencapai fasilitas kesehatan utama akibat jarak dan kondisi cuaca. “Kami melihat ini sebagai investasi jangka panjang untuk mengurangi beban penyakit tidak menular di komunitas,” jelas Bidan Marlina Rambe, salah satu tenaga kesehatan yang mewakili Puskesmas dalam kegiatan ini.
Konfirmasi dari pihak Puskesmas disampaikan melalui Marlina Rambe, yang juga menyampaikan pesan dari Kepala Puskesmas Ujungbatu 1, Lindawati Lubis, S.K.M. Saat dikonfirmasi, Lindawati Lubis sedang mengikuti workshop kesehatan tingkat kabupaten di Sibuhuan selama dua hari, sebuah acara yang membahas strategi integrasi layanan primer dengan program nasional seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). “Kami sangat senang melihat antusiasme warga yang begitu tinggi. Ini membuktikan bahwa program seperti ini benar-benar dibutuhkan, terutama di musim hujan ketika jalan licin dan banjir kecil sering menghalangi perjalanan,” ungkap Marlina, menyampaikan apresiasi Lindawati. Ia menambahkan bahwa tim kesehatan, termasuk Eka Fitriyanti Hasibuan—seorang mantan kepala puskesmas berpengalaman—dan rekan-rekannya seperti Romadhon, turut merasakan kegembiraan yang sama. “Mereka bekerja tanpa lelah, dari pukul 07.00 hingga 10.00 pagi, memastikan setiap warga mendapat perhatian penuh,” lanjutnya.
Baca juga : Tridatu Gastronomi Tabanan: Strategi Integratif untuk Mengukuhkan Identitas Kuliner Bali di Panggung Global
Dari perspektif warga, kegiatan ini lebih dari sekadar pengobatan; ia menjadi simbol empati dari pemerintah daerah terhadap realitas kehidupan di pinggiran. Jabur Nung Siregar, seorang petani berusia 45 tahun dari Kampung Baru, yang ditemui reporter BenuaNews di lokasi, tak bisa menyembunyikan senyum sumringahnya. “Saya sangat berharap kegiatan seperti ini terus dilakukan. Jalan ke puskesmas utama itu susah sekali, apalagi kalau hujan deras—lumpur setinggi lutut, motor pun slip. Banyak yang akhirnya menunda berobat sampai sakitnya parah,” ceritanya sambil menggendong tas berisi obat batuk untuk anaknya. “Semoga program kesehatan gratis dari Puskesmas Ujungbatu 1 ini ditingkatkan dan dijadikan rutin. Kami sebagai warga merasa terbantu sekali, seperti ada tangan yang menolong di saat sulit,” tambahnya, mata berbinar penuh harap.
Fenomena antusiasme warga ini juga mencerminkan tantangan struktural di Kabupaten Padang Lawas, di mana indeks akses kesehatan masih di bawah rata-rata provinsi Sumatera Utara. Menurut data Dinas Kesehatan setempat, sekitar 30 persen warga pedesaan mengalami hambatan mobilitas selama musim hujan, yang sering kali memperburuk kondisi kesehatan kronis seperti hipertensi dan diabetes. Program pengobatan gratis seperti ini, yang mengadopsi model “outreach” atau pelayanan keliling, terbukti efektif dalam meningkatkan cakupan skrining dini—sebuah pendekatan yang selaras dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kesehatan primer berbasis komunitas.
Ke depan, Puskesmas Ujungbatu 1 berencana memperluas kolaborasi dengan tokoh masyarakat dan organisasi lokal untuk menjadikan pengobatan gratis sebagai agenda bulanan. Lindawati Lubis, melalui Marlina Rambe, menekankan komitmen untuk melibatkan lebih banyak tenaga sukarelawan, termasuk mahasiswa kedokteran dari universitas terdekat. “Kami ingin ini bukan hanya obat, tapi juga pendidikan kesehatan agar warga lebih proaktif menjaga diri,” katanya.
Kegiatan di Kampung Baru ini mengingatkan kita bahwa di balik statistik kesehatan nasional, ada cerita manusiawi: senyum lansia yang lega, tawa ibu-ibu yang berbagi resep obat tradisional, dan harapan generasi muda untuk masa depan lebih sehat. Di era digital di mana berita kesehatan sering kali didominasi isu urban, inisiatif seperti ini dari Puskesmas Ujungbatu 1 layak mendapat sorotan lebih luas—sebagai pengingat bahwa perubahan dimulai dari akar rumput.
Pewarta : Indra Saputra
