
RI News Portal. Kairo – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam keras serangan brutal yang dilakukan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) di wilayah Darfur, Sudan. Serangan yang berlangsung pada 11–20 Agustus di kota El-Fasher dan kamp pengungsian Abu Shouk itu menewaskan sedikitnya 89 warga sipil, termasuk 16 orang yang dieksekusi secara langsung.
“Jumlah korban kemungkinan lebih banyak dari yang tercatat,” ujar Jeremy Laurence, juru bicara Komisaris Tinggi HAM PBB, Volker Türk, dalam keterangannya di Jenewa, Jumat (23/8).
El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, kini menjadi benteng terakhir militer Sudan di wilayah tersebut. RSF telah membombardir kota itu selama lebih dari setahun dan memberlakukan blokade total terhadap ratusan ribu penduduknya sejak bulan lalu.

Selain itu, RSF juga menyerang kamp pengungsian Abu Shouk dan Zamzam yang sebelumnya menampung lebih dari setengah juta orang. Namun, kedua kamp tersebut kini sebagian besar kosong setelah serangan besar pada April lalu dan tengah dilanda kelaparan.
RSF sendiri berakar dari milisi Janjaweed yang dibentuk mantan Presiden Sudan Omar al-Bashir pada awal 2000-an. Milisi ini dikenal kejam karena dituding melakukan pembunuhan massal, pemerkosaan, dan berbagai kekejaman terhadap warga Darfur.
Baca juga : Bom Mobil dan Serangan Helikopter Tewaskan 17 Orang di Kolombia
Perang Sudan yang meletus sejak April 2023 telah menewaskan lebih dari 40.000 orang dan memaksa lebih dari 14 juta warga mengungsi. PBB dan kelompok HAM menilai konflik ini sarat dengan kejahatan etnis, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan. Sementara itu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) tengah menyelidiki dugaan kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan dalam konflik tersebut.
Pewarta : Setiawan S.TH
