
RI News Portal. Melawi, Kalimantan Barat — Di tengah riuh rendah Festival Budaya Katab Kebahan di Desa Nanga Kebebu, Kabupaten Melawi, terdapat momen yang mencuri perhatian karena kesederhanaannya yang penuh makna. Bupati Melawi, H. Dadi Sunarya Usfa Yursa, tampak duduk bersila di atas tikar pandan, menyendok nasi dan berbagi hidangan bersama warga. Tanpa jarak, tanpa sekat, mereka menikmati makanan sederhana yang dihidangkan dalam tradisi Berontang—sebuah ritus makan bersama yang menjadi inti dari kebersamaan masyarakat Katab Kebahan.
Tradisi Berontang bukan sekadar acara makan bersama. Dalam budaya Katab Kebahan, tradisi ini mencerminkan nilai egaliter yang kuat: bahwa di hadapan makanan, semua orang setara, tak peduli jabatan atau status sosial. Lauk-pauk sederhana seperti ikan bakar, sayur keladi, dan sambal terasi yang dibawa warga menjadi simbol keramahan dan keakraban. Tawa dan obrolan ringan mengalir, menciptakan suasana yang hangat, seolah menegaskan bahwa makanan dalam budaya ini bukan hanya soal kebutuhan fisik, melainkan jembatan silaturahmi.

Festival Budaya Katab Kebahan sendiri merupakan perayaan tahunan yang kaya akan ekspresi seni dan tradisi. Tarian topeng Nopent yang memesona, alunan musik Behadrah yang khas, hingga permainan tradisional seperti sepak sawut menjadi daya tarik yang menghidupkan identitas budaya lokal. Namun, di balik kemeriahan tersebut, Berontang menonjol sebagai pengingat bahwa budaya tidak hanya tentang pertunjukan, tetapi juga tentang hubungan antarmanusia.
Dalam sambutannya, Bupati Dadi menegaskan pentingnya menjaga warisan budaya sebagai pilar identitas. “Budaya adalah jati diri kita. Ketika kita merayakan kebersamaan seperti ini, kita memastikan budaya tetap hidup dan relevan,” katanya. Momen Berontang menjadi cerminan nyata dari nilai-nilai ini, di mana seorang pemimpin dan warganya duduk bersama, berbagi cerita, dan merajut kedekatan melalui hidangan sederhana.
Baca juga : Koperasi Merah Putih di Sintang: Langkah Strategis Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Festival ini juga menjadi ruang refleksi bagi masyarakat Katab Kebahan untuk memperkuat ikatan dengan warisan leluhur. Berontang, dengan kesederhanaannya, mengajarkan bahwa kebudayaan tidak hanya dipamerkan di atas panggung, tetapi juga dihidupkan dalam praktik sehari-hari. Di Nanga Kebebu, sepiring nasi yang dibagi bersama menjadi simbol kuat bahwa budaya adalah tentang kebersamaan, saling menghormati, dan menjaga harmoni.
Melalui Festival Budaya Katab Kebahan, masyarakat Melawi tidak hanya merayakan tradisi, tetapi juga mempertegas bahwa identitas budaya mereka tetap relevan di tengah modernisasi. Berontang, dengan segala maknanya, menjadi pengingat bahwa kebersamaan adalah inti dari kehidupan bermasyarakat—dan itu dimulai dari gestur sederhana seperti berbagi makanan.
Pewarta : Lisa Susanti
