
RI News Portal. Surakarta, 1 Juli 2025 — Seorang perempuan yang diduga berstatus mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi ternama di Surakarta dilaporkan hilang setelah melompat ke Sungai Bengawan Solo dari atas Jembatan Jurug pada Selasa siang (1/7/2025). Peristiwa tragis ini memantik keprihatinan publik sekaligus menjadi alarm bagi dunia pendidikan dan masyarakat mengenai fenomena kesehatan mental di kalangan mahasiswa.
Kronologi peristiwa bermula sekitar pukul 12.30 WIB, ketika seorang pengemudi ojek daring, Hariadi, melintas di Jembatan Jurug dari arah Palur menuju Rumah Sakit PKU Solo. Hariadi menuturkan bahwa ia sempat menyaksikan secara langsung tindakan korban yang berdiri di tepi jembatan sebelum akhirnya melompat.
“Di tengah jembatan, lima meter di depan saya, ada perempuan sudah berdiri di tuas jembatan, itu mau ancang-ancang melompat. Saya teriakin ‘mbak’, tapi sudah tidak kesampaian, dia sudah terjun,” ujar Hariadi kepada awak media di lokasi.

Hariadi menambahkan, ia sempat memberhentikan sepeda motornya untuk memastikan kondisi korban, namun perempuan tersebut sudah tidak terlihat di permukaan sungai.
“Setelah saya menyetandarkan motor saya, dan customer saya turun. Customer saya kan ibu-ibu, kan enggak cepet turunnya, pelan-pelan. Saya tengok sudah enggak kelihatan,” lanjutnya.
Di lokasi kejadian, aparat menemukan sejumlah barang milik korban, antara lain sepeda motor Honda Beat bernopol AA 3747 CY, sebuah telepon seluler, buku catatan kecil, helm, serta secarik surat yang diduga merupakan surat wasiat. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa aksi melompat adalah bentuk percobaan bunuh diri yang telah direncanakan.
Fatur, anggota Tim Rescue SAR Rajawali Merah Putih, membenarkan bahwa korban diduga merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di Solo.
“Benar ditemukan (surat wasiat) di dalam tas bersama handphone, cutter, sama buku kecil dan helm korban. Identitas masih pendalaman, sementara info dari kampus UNS,” jelas Fatur.
Tim SAR gabungan segera mengerahkan perahu karet untuk melakukan penyisiran di sekitar titik lokasi korban terakhir terlihat. Hingga berita ini disusun, pencarian masih terus dilakukan dengan koordinasi antara relawan SAR, kepolisian, dan pihak keluarga.
Fenomena percobaan bunuh diri di kalangan mahasiswa patut mendapat perhatian serius. Menurut data WHO (2023), bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua tertinggi pada rentang usia 15–29 tahun di dunia. Tekanan akademik, masalah ekonomi, serta dinamika hubungan sosial sering kali memicu munculnya gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Peneliti kesehatan jiwa Universitas Indonesia, Dr. Endang Wulandari, dalam publikasinya di Jurnal Psikiatri Indonesia (2024) mencatat bahwa mahasiswa menghadapi beban psikososial tinggi, terutama di lingkungan universitas dengan persaingan ketat. Hal ini jika tidak diimbangi dengan layanan konseling dan dukungan sosial memadai, berpotensi mendorong perilaku bunuh diri.
Oleh karena itu, insiden di Jembatan Jurug ini menjadi refleksi mendesak agar lembaga pendidikan tinggi memperkuat layanan kesehatan mental, menyediakan hotline konseling 24 jam, serta membangun lingkungan kampus yang lebih suportif dan terbuka dalam membicarakan isu kesehatan jiwa.
Upaya pencegahan bunuh diri tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, melainkan juga memerlukan sinergi antar pihak — keluarga, perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat luas — untuk menumbuhkan budaya peduli dan responsif terhadap gangguan kesehatan mental.
Tim SAR bersama aparat kepolisian masih melanjutkan pencarian korban di sepanjang aliran Bengawan Solo, dan diharapkan perkembangan kasus ini dapat segera terungkap demi kepastian hukum serta penghormatan kepada keluarga korban.
Pewarta : Adiat Santoso
