
RI News Portal. Donetsk, Ukraina — Ketegangan di medan perang Ukraina meningkat tajam hanya beberapa hari sebelum pertemuan puncak antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Alaska. Pasukan Rusia dilaporkan berhasil menembus garis pertahanan Ukraina di wilayah industri Donetsk melalui serangkaian infiltrasi yang memanfaatkan celah pertahanan.
Menurut analisis, kemajuan ini bersifat terbatas, namun berpotensi menjadi titik balik jika Rusia mampu mengonsolidasikan posisi. Analis senior CBA Initiatives Center, Mykola Bieleskov, memperingatkan bahwa Kremlin bisa memanfaatkan keuntungan lokal di medan tempur sebagai alat tawar dalam diplomasi.
“Risiko terbesar adalah Rusia mengubah keberhasilan kecil di lapangan menjadi kemenangan strategis di meja perundingan,” kata Bieleskov.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan bahwa Putin ingin Ukraina menarik pasukan dari 30% wilayah Donetsk yang masih dikuasai Kyiv sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata — usulan yang ia tolak tegas. Hingga kini, Rusia belum sepenuhnya menguasai Donetsk, meskipun telah menganeksasinya secara ilegal pada 2022 bersama Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia.
Fokus pertempuran kini berada di Pokrovsk, kota simpang strategis jalur darat dan kereta api yang sebagian terkepung. Pasukan Rusia juga berhasil menemukan celah pertahanan di timur Dobropillia, maju sejauh 10 kilometer, dan mencoba memperluas pengaruh di wilayah terbuka yang sulit dipertahankan Ukraina.
Militer Ukraina berupaya menahan penetrasi ini dengan serangan drone FPV bermuatan peledak, namun keunggulan jumlah personel Rusia membuat pertahanan semakin berat. “Mereka tidak peduli pada nyawa manusia. Banyak yang dikirim hanya untuk misi sekali jalan,” ujar Bieleskov.
Baca juga : Dominasi Marc Marquez di Sirkuit Red Bull Ring: Analisis Strategis Practice MotoGP Austria 2025
Komandan Brigade ke-59, Serhii Filimonov, memperingatkan bahwa kota Kostiantynivka berpotensi jatuh tanpa perlawanan jika jalur suplai utama diputus. Hal ini akan membuka jalan bagi Rusia untuk mendekati kota-kota besar terakhir yang masih dikuasai Ukraina di Donetsk, termasuk Sloviansk, Kramatorsk, dan Druzhkivka.
Pengamat menilai, Rusia sengaja meningkatkan eskalasi di Donetsk untuk menciptakan kesan kemajuan di medan perang menjelang KTT Putin–Trump. Langkah ini dinilai sebagai upaya membentuk narasi internasional bahwa Ukraina berada di posisi kalah.
Namun Zelenskyy menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menyerah pada tekanan diplomasi yang dibangun di atas agresi militer. “Kesepakatan damai tidak bisa dibangun di atas ancaman dan pendudukan,” tegasnya.
Situasi di Donetsk kini menjadi ujian ganda bagi Ukraina — mempertahankan wilayah di medan perang sekaligus menghadapi manuver politik Rusia di panggung internasional.
Pewarta : Setiawan S.TH
