
RI News Portal. Kyiv, Ukraina 1 Juli 2025 — Pemimpin wilayah pendudukan Luhansk yang ditunjuk Moskow mengklaim pada Senin (1/7) bahwa seluruh wilayah Luhansk kini sudah berada di bawah kendali penuh pasukan Rusia. Klaim ini, jika dikonfirmasi, akan menjadikan Luhansk sebagai wilayah Ukraina pertama yang sepenuhnya dikuasai Rusia sejak invasi dimulai lebih dari tiga tahun lalu.
Leonid Pasechnik, pemimpin pro-Rusia di Luhansk, menyampaikan melalui siaran Channel One TV Rusia bahwa ia menerima laporan “dua hari lalu” mengenai keberhasilan pasukan Rusia menguasai 100 persen wilayah tersebut. Pemerintah Ukraina belum mengeluarkan tanggapan resmi atas pernyataan ini.
Rusia mencaplok Luhansk bersama tiga wilayah Ukraina lainnya pada September 2022, meskipun tidak sepenuhnya menguasainya saat itu. Presiden Rusia Vladimir Putin juga terus menolak kesepakatan gencatan senjata dan bersikeras mempertahankan klaim atas empat wilayah yang dianeksasi secara ilegal tersebut.

Di sisi lain, Jerman berupaya memperkuat kemampuan pertahanan Ukraina. Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul, dalam kunjungannya ke Kyiv, menyatakan bahwa negaranya ingin membantu Ukraina memproduksi senjata lebih cepat guna menghadapi agresi Rusia.
“Kami melihat tugas kami adalah membantu Ukraina agar bisa bernegosiasi dengan posisi yang lebih kuat,” kata Wadephul, yang datang bersama perwakilan industri pertahanan Jerman.
Wadephul juga mengkritik retorika damai Presiden Putin yang dianggapnya sebagai “ejekan semata” dan hanya menjadi kedok tanpa itikad perdamaian sungguhan.
Di tengah ketegangan yang terus berlanjut, Ukraina kembali menjadi sasaran serangan udara besar-besaran akhir pekan lalu. Menurut otoritas setempat, serangan gabungan Rusia itu menjadi yang terbesar sejak beberapa bulan terakhir, menewaskan sedikitnya dua warga sipil di wilayah Kharkiv dan melukai delapan lainnya, termasuk seorang anak berusia enam tahun.
Baca juga : Mahkamah Konstitusi Thailand Skors Paetongtarn Shinawatra, Dinasti Politik Shinawatra di Ujung Tanduk
Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa total 107 drone Shahed dan drone umpan Rusia terdeteksi di wilayah udara Ukraina sepanjang malam.
Lembaga kajian Institute for the Study of War menilai serangan drone secara masif ini dimaksudkan untuk melemahkan sistem pertahanan udara Ukraina dan membuka celah bagi serangan rudal balistik berikutnya.
Ukraina terus meminta tambahan sistem pertahanan udara dari sekutu Barat, termasuk Jerman. Namun, Berlin hingga kini masih menahan permintaan Presiden Volodymyr Zelenskyy untuk mengirimkan rudal Taurus jarak jauh, dengan alasan kekhawatiran dapat memicu eskalasi lebih luas yang menyeret NATO ke dalam konflik berskala besar.
Meski demikian, Kanselir Jerman Friedrich Merz sebelumnya berjanji akan mendukung Ukraina mengembangkan sistem rudal jarak jauh buatan sendiri agar terbebas dari pembatasan penggunaan oleh negara-negara Barat.
Pewarta : Setiawan S.TH
