RI News Portal. Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menandatangani pakta kerja sama yang luas pada hari Jumat ketika negara mereka memperdalam kemitraan dalam menghadapi sanksi keras Barat.
Para pejabat Rusia dan Iran mengatakan “perjanjian kemitraan strategis komprehensif” mencakup semua bidang – mulai dari kerja sama perdagangan dan militer hingga sains, pendidikan dan budaya. Perjanjian berdurasi 20 tahun itu bisa diperpanjang lebih lanjut.
Putin memuji kesepakatan itu sebagai “terobosan nyata, menciptakan kondisi bagi pembangunan yang stabil dan berkelanjutan di Rusia, Iran, dan seluruh kawasan.”
Ia mengatakan jumlah kerja sama perdagangan dan ekonomi masih belum mencukupi, dan ia menyuarakan harapan bahwa perjanjian baru ini akan membantu mengatasi hambatan birokrasi dan memperluas hubungan. Pemimpin Rusia tersebut menambahkan bahwa negara-negara tersebut sedang berusaha menyelesaikan hambatan teknis untuk memajukan proyek yang direncanakan untuk mengirimkan gas alam Rusia ke Iran melalui Azerbaijan dan membangun koridor transportasi ke pelabuhan Iran di Teluk.
Pezeshkian mengatakan proyek tersebut layak dilakukan, dan menambahkan bahwa para ahli sedang bekerja untuk menyelesaikan kendala yang ada.
“Kita menyaksikan babak baru dalam hubungan strategis,” kata presiden Iran, seraya menambahkan bahwa negara-negara tersebut bersiap untuk memperluas hubungan perdagangan dan juga meningkatkan “tingkat kerja sama keamanan.”
Kunjungannya dilakukan menjelang pelantikan Presiden terpilih Donald Trump pada hari Senin, yang berjanji untuk menengahi perdamaian di Ukraina dan mengambil sikap yang lebih keras terhadap Iran, yang sedang bergulat dengan meningkatnya masalah ekonomi dan tantangan lainnya, termasuk kemunduran militer dalam lingkup pengaruhnya di seluruh wilayah. Timur Tengah.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menepis segala kaitan dengan pelantikan Trump, dan mengatakan bahwa kunjungan Pezeshkian telah direncanakan sejak lama.
Penandatanganan perjanjian dengan Iran merupakan tindak lanjut dari perjanjian tahun lalu dengan Korea Utara – negara-negara yang pernah diidentifikasi oleh mantan Presiden George W. Bush, bersama dengan Irak, sebagai “Poros Kejahatan.”
Berbeda dengan perjanjian dengan Pyongyang, perjanjian dengan Teheran tidak memberikan bantuan timbal balik jika terjadi agresi. Namun perjanjian ini mewajibkan setiap negara untuk tidak menawarkan bantuan militer atau bantuan lainnya kepada agresor yang menyerang pihak lain.
Moskow dan Teheran, yang keduanya menghadapi sanksi besar-besaran dari Barat, sepakat dalam dokumen tersebut untuk mengoordinasikan tanggapan mereka terhadap pembatasan tersebut dan memfasilitasi pembayaran dalam mata uang nasional. Pakta tersebut juga membayangkan pertukaran informasi intelijen dan kerja sama dalam masalah keamanan.
Menyambut Pezeshkian saat mereka duduk untuk melakukan pembicaraan, Putin mengatakan perjanjian baru tersebut akan “memberikan dorongan tambahan pada hampir semua bidang kerja sama kita.”
Pezeshkian, yang bertemu Putin untuk ketiga kalinya sejak berkuasa pada bulan Juli, mengatakan bahwa dokumen tersebut membentuk “fondasi yang kuat untuk gerakan maju kami.”
“Kami menganggap hubungan kami dengan Anda sebagai hal yang penting, sensitif, dan strategis, dan kami sangat berada di jalur ini,” katanya.
Presiden Iran menekankan bahwa negara-negara di kawasan ini harus menyelesaikan masalahnya sendiri, dan dengan jelas merujuk pada AS bahwa kehadiran kekuatan luar hanya akan memperburuk ketegangan dan mengacaukan situasi.
“Mereka datang dari belahan dunia lain untuk membuat kekacauan di kawasan,” katanya. “Hubungan ini pasti akan meredakan rencana mereka.”
Hubungan Rusia dengan Iran semakin dekat setelah Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022. Ukraina dan negara-negara Barat menuduh Teheran memberi Moskow ratusan drone untuk digunakan menyerang Ukraina, namun tuduhan ini dibantah oleh Moskow dan Teheran.
Pezeshkian berbicara untuk mendukung kemungkinan perundingan perdamaian Rusia-Ukraina, dengan mengatakan bahwa “perang bukanlah solusi” dan mendesak Barat untuk “menghindari tuntutan berlebihan” dan mengakui “masalah keamanan” pihak lain.
Tahun lalu, Iran bergabung dengan blok negara berkembang BRICS dan Pezeshkian menghadiri pertemuan puncaknya, yang diselenggarakan oleh Rusia di Kazan.
Rusia dan Iran, yang memiliki hubungan buruk di masa lalu, mengembangkan hubungan baik setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dengan Moskow muncul sebagai mitra dagang utama dan pemasok senjata dan teknologi untuk Teheran, yang telah menghadapi sanksi internasional yang berat.
Rusia membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Iran yang diluncurkan pada tahun 2013 dan sedang membangun dua reaktor nuklir lagi di sana.
Rusia adalah bagian dari perjanjian tahun 2015 antara Iran dan enam negara nuklir yang menawarkan keringanan sanksi bagi Teheran sebagai imbalan atas pembatasan program atomnya, dan Kremlin menawarkan dukungan politik kepada Iran ketika AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut pada masa jabatan pertama Trump.
Rusia dan Iran juga mengerahkan upaya mereka untuk menopang pemerintahan Bashar Assad selama perang saudara di Suriah, namun gagal mencegah kejatuhannya bulan lalu setelah serangan kilat oleh pihak oposisi. Assad dan keluarganya melarikan diri ke Rusia.
Penggulingannya memberikan pukulan lain terhadap “Poros Perlawanan” yang disebut Teheran di seluruh wilayah tersebut, yang telah dihantam oleh serangan Israel terhadap dua kelompok militan yang didukung oleh Iran – Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon. Israel juga menyerang Iran secara langsung sebanyak dua kali
Teheran semakin membutuhkan bantuan Moskow ketika negara itu menghadapi kesengsaraan ekonomi dan kemunduran yang parah di seluruh wilayah pengaruhnya di Timur Tengah. Masalah ini bisa semakin parah setelah Trump kembali ke Gedung Putih dengan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran.
Secara khusus, Iran menginginkan senjata canggih Rusia seperti sistem pertahanan udara jarak jauh dan jet tempur untuk membantu menangkis kemungkinan serangan Israel.
Pewarta : Setiawan/AP
#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
