RI News Portal. Wonogiri, 11 Desember 2025 – Di tengah hamparan perbukitan karst Dusun Mujing, Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, berdiri sebuah bangunan yang hingga kini masih menjadi satu-satunya di wilayah tersebut: rumah berbentuk batu raksasa yang dapat dihuni. Dibangun pada tahun 1999 oleh Loso dan ditempati istrinya, Sutini, hingga sekarang, rumah seluas 9 × 9 meter berkonstruksi dua lantai ini awalnya bukanlah proyek seni, melainkan respons praktis terhadap ancaman alam.
“Rumah kami yang lama sering roboh diterjang angin kencang. Suami saya berpikir, kalau dibuat mirip batu besar yang terkapar, pasti lebih kuat,” cerita Sutini, Rabu (10/12/2025) sore, sambil menyambut rombongan siswa TK dan SD dari Kecamatan Tirtomoyo yang datang berwisata.
Dengan modal sekitar seratus juta rupiah pada kurun 1998–1999 (setara sekitar Rp700–800 juta nilai sekarang jika dihitung inflasi konstruksi), Loso bersama lima tukang membutuhkan waktu enam bulan untuk menyelesaikan proyek yang kini berusia 26 tahun itu. Eksterior rumah sengaja didesain menyerupai bongkahan batu karst alami lengkap dengan tekstur kasar dan warna abu-abu kecokelatan. Dari kejauhan, bangunan itu memang tampak seperti batu raksasa yang “tertidur” di pekarangan.

Namun di balik penampilan monolitiknya, interior rumah justru konvensional. Lantai bawah beranda dan ruang tamu, dua kamar tidur, serta dapur. Lantai dua hanya berupa ruang terbuka dengan meja kursi kayu yang kini menjadi favorit pengunjung untuk berswafoto sambil memandang perbukitan karst di kejauhan.
Rumah ini pertama kali menjadi perbincangan nasional pada tahun 2018 setelah foto-fotonya menyebar luas di media sosial. Saat itu banyak warganet yang mengira bangunan tersebut baru dibangun atau bahkan menganggapnya sebagai fenomena alam yang diubah menjadi rumah.
Kini, pada tahun 2025, daya tarik rumah batu Mujing justru bergeser. Kini yang paling ramai datang bukan pemburu konten dewasa, melainkan anak-anak usia TK dan SD yang datang bersama rombongan sekolah. Penyebabnya adalah kolam renang air pegunungan sejernih kaca yang dibangun Nurwono, putra Loso dan Sutini, di samping rumah batu sekitar lima tahun lalu.
Baca juga : Lansia 90 Tahun di Wonogiri Babak Belur Dipukuli Tetangga Sendiri di Dalam Rumah
“Anak-anak lebih suka ke kolam. Mereka bilang airnya dingin dan bening sekali, langsung dari sumber mata air gunung. Sambil berenang mereka juga diajak melihat-lihat rumah batu, jadi sekalian wisata edukasi,” ujar Nurwono yang mengaku sempat belajar seni relief dan taman sebelum membangun kolam tersebut.
Hingga akhir 2025, belum ada satu pun warga Wonogiri atau kabupaten tetangga yang mencoba meniru bentuk rumah batu serupa. Padahal, menurut Sutini, banyak tamu yang datang mengaku tertarik. “Mereka bilang sulit dan mahal. Lagipula, ide suami saya ini memang aneh pada zamannya,” katanya sambil tertawa.
Kini, di usia ke-26 tahun, rumah batu Dusun Mujing tidak lagi hanya sekadar tempat tinggal keluarga kecil, melainkan telah berevolusi menjadi situs wisata mikro yang menggabungkan arsitektur vernakular anti-bencana, kreativitas individu, dan daya tarik wisata anak. Di tengah maraknya rumah-rumah instagrammable berdesain modern minimalis, keunikan rumah batu Loso justru terletak pada kesederhanaan motifnya: bertahan hidup dengan cara yang paling tidak biasa.
Pewarta : Nanda Suyadi

