
RI News Portal. Jakarta, 31 Agustus 2025 – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memutuskan untuk membatalkan rencana kunjungannya ke Beijing, China, yang dijadwalkan pada pekan pertama September 2025. Kunjungan tersebut mencakup pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping serta menghadiri parade militer untuk memperingati 80 tahun kemenangan Perang Rakyat China Melawan Agresi Jepang dan Perang Dunia Anti-Fasis pada 3 September 2025.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) sekaligus Juru Bicara Presiden, Prasetyo Hadi, menyampaikan bahwa keputusan ini diambil karena Presiden Prabowo ingin memprioritaskan pemantauan langsung terhadap dinamika dan situasi di dalam negeri, yang belakangan ini memanas di beberapa daerah. “Bapak Presiden ingin terus memantau secara langsung, memimpin secara langsung, dan mencari penyelesaian terbaik atas situasi terkini. Dengan kerendahan hati dan permohonan maaf kepada Pemerintah Tiongkok, Beliau memutuskan untuk belum dapat memenuhi undangan tersebut,” ujar Prasetyo dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu malam (30/8).

Prasetyo, yang akrab disapa Pras, menjelaskan bahwa kunjungan ke Beijing awalnya dipertimbangkan karena adanya undangan penting lainnya, termasuk untuk berpidato pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) ke-80 di New York pada 23 September 2025. “Ada beberapa undangan internasional di bulan September, salah satunya dari PBB. Ini menjadi salah satu pertimbangan Presiden dalam menentukan prioritas,” tambahnya.
Undangan dari Presiden Xi Jinping sendiri mencakup kehadiran dalam parade militer di Beijing, yang juga dihadiri oleh 25 kepala negara, termasuk Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Parade ini merupakan peringatan simbolis atas kemenangan historis China dalam Perang Dunia II, yang dianggap sebagai momen penting dalam diplomasi internasional.
Namun, keputusan untuk tetap berada di Indonesia didorong oleh eskalasi ketegangan sosial di sejumlah wilayah. Aksi massa pada 25 Agustus serta 28–30 Agustus 2025 terjadi di Jakarta, Makassar, Bandung, Solo, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Demonstrasi ini awalnya dipicu oleh protes terhadap tunjangan perumahan anggota DPR dan sikap arogan beberapa wakil rakyat, namun berkembang menjadi kritik terhadap respons aparat keamanan.
Baca juga : Wali Kota Semarang Ajak Masyarakat Berdoa untuk Kedamaian dan Persatuan
Puncak ketegangan terjadi di Jakarta pada Kamis (28/8), ketika seorang pengemudi ojek online berusia 21 tahun, Affan Kurniawan, tewas setelah dilindas kendaraan taktis Barracuda milik Brimob Polri di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Insiden ini terjadi di tengah bentrokan antara massa dan aparat keamanan. Tragedi tersebut memicu kemarahan publik dan memperluas tuntutan demonstran, yang kini juga menyoroti dugaan brutalitas polisi dalam menangani aksi protes.
Dinamika ini menjadi alasan utama Presiden Prabowo untuk tetap berada di Indonesia guna memimpin upaya meredakan ketegangan dan mencari solusi. “Presiden ingin memastikan stabilitas nasional terjaga dan menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan yang bijaksana,” kata Prasetyo.
Pembatalan kunjungan ke Beijing menunjukkan prioritas Presiden Prabowo terhadap stabilitas domestik di tengah tekanan diplomasi internasional. Meski demikian, Prasetyo menegaskan bahwa Presiden telah menyampaikan permohonan maaf secara resmi kepada Pemerintah China, menjaga hubungan bilateral yang tetap harmonis.
Keputusan ini juga mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pemerintahan baru dalam menyeimbangkan agenda internasional dengan dinamika dalam negeri. Dengan agenda UNGA yang masih menanti, Presiden Prabowo tampaknya akan terus menghadapi dilema serupa dalam beberapa minggu mendatang.
Pewarta : Albertus Parikesit
