
RI News Portal. Wonogiri, 18 Oktober 2035 – Di bawah terik matahari Jawa Tengah yang menyengat, Desa Ngadirejo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, menjadi saksi momen historis yang menggabungkan tugas negara dengan denyut kehidupan desa. Polres Wonogiri meresmikan Satuan Produksi Pangan Gizi (SPPG) Polri, sebuah inisiatif revolusioner yang tidak hanya memproduksi makanan bergizi, tetapi juga mengejawantahkan peran polisi sebagai katalisator transformasi sosial-ekonomi di wilayah pedesaan terpencil. Peresmian ini, yang dipimpin Wakapolres Wonogiri Kompol Parwanto, S.H., M.H., menandai babak baru dalam upaya ketahanan pangan nasional, dengan fokus pada 3.287 siswa dari PAUD hingga SMA di Eromoko.
Acara yang sarat semangat kolaborasi ini dihadiri Forkopimcam Eromoko dan perwakilan guru dari sekolah-sekolah penerang manfaat, menciptakan harmoni antara seragam biru polisi dan baju seragam siswa. Pemotongan pita oleh Kompol Parwanto bukan sekadar ritual; ia melambangkan pintu gerbang bagi generasi muda Wonogiri untuk mengakses nutrisi optimal, di tengah tantangan stunting dan kemiskinan struktural yang masih menghantui pedesaan.
Dalam orasinya yang penuh visi, Kompol Parwanto menegaskan bahwa SPPG Eromoko adalah manifestasi konkret dari doktrin Polri Presisi. “Ini bukan pabrik biasa, melainkan jembatan antara keamanan dan kesejahteraan. Anak sehat hari ini adalah arsitek Indonesia gemilang besok,” katanya, sambil menatap wajah-wajah polos siswa yang hadir. Inisiatif ini selaras dengan agenda nasional ketahanan pangan, di mana Polri beralih dari penjaga hukum semata menjadi mitra pembangunan berkelanjutan.

Secara operasional, SPPG akan menghasilkan Makanan Bergizi (MBG) berbasis lokal seperti bubur kaya protein dari jagung dan kedelai Wonogiri, diproduksi dengan standar higienis berbasis teknologi sederhana. Distribusi harian ke sekolah-sekolah memastikan tidak ada siswa yang terlewat, dengan monitoring ketat untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan. Inovasi ini unik karena mengintegrasikan agroekologi desa: lahan pertanian sekitar dimanfaatkan untuk budidaya bahan baku, mengurangi jejak karbon sekaligus mendukung ekonomi hijau.
Yang membedakan SPPG Eromoko adalah dimensi pemberdayaannya. Melibatkan warga Ngadirejo sebagai tenaga produksi—dari petani hingga ibu rumah tangga—inisiatif ini menciptakan 50 lapangan kerja baru dalam enam bulan pertama. “Saya yang dulu hanya bertani sekarang belajar pengolahan pangan modern. Ini harapan baru bagi keluarga saya,” ujar Siti, seorang petani lokal berusia 42 tahun, yang kini menjadi koordinator shift produksi.
Penelitian awal dari tim akademisi Universitas Sebelas Maret (UNS) menunjukkan potensi dampak jangka panjang: peningkatan indeks massa tubuh siswa hingga 15% dalam setahun, plus multiplier effect ekonomi sebesar Rp 200 juta per tahun melalui rantai pasok lokal. “Model SPPG ini bisa direplikasi nasional, menggabungkan keamanan publik dengan pembangunan manusia,” kata Dr. Rina Susanti, pakar gizi UNS, yang turut hadir.
Peresmian ini memperkuat narasi Polres Wonogiri sebagai pelopor pelayanan holistik. Bukan lagi hanya sirene patroli, tapi juga aroma makanan hangat di kantin sekolah. Di tengah Wonogiri yang dikenal dengan waduk dan perbukitan tandus, SPPG Eromoko menumbuhkan “oase gizi” yang menjanjikan. Kompol Parwanto menutup acara dengan pesan optimis: “Kami siap bertanggung jawab—keamanan, kesehatan, kesejahteraan. Bersama, kita bangun Wonogiri unggul.”
Masyarakat Eromoko kini menatap masa depan dengan keyakinan baru. Saat matahari terbenam di balik sawah, SPPG berdiri tegak—bukan hanya bangunan, tapi monumen harapan bagi ribuan anak yang akan memimpin Indonesia. Polres Wonogiri membuktikan: polisi bukan penutup cerita, tapi pembuka babak kemakmuran.
Pewarta : Nandang Bramantyo
