
RI News Portal. Nanga Pinoh, Melawi – 27 September 2025 – Di tengah hiruk-pikuk isu keamanan nasional yang sering kali terpusat di kota-kota besar, inisiatif lokal seperti Jumat Curhat “Nuan Bekesah” muncul sebagai model dialog yang sederhana namun mendalam. Acara ini, yang digelar di Pos Kamling Dusun Sidomulyo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, pada Jumat (26/9/2025), bukan sekadar forum pengaduan rutin. Lebih dari itu, ia merepresentasikan upaya institusional Polri untuk membangun kepercayaan masyarakat melalui pendekatan berbasis budaya lokal, di mana “nuan bekesah” – istilah Dayak yang berarti menerima pengaduan dan keluhan dengan hati terbuka – menjadi metafor sinergi antara penegak hukum dan warga desa.
Dipimpin langsung oleh Kapolres Melawi, AKBP Harris Batara Simbolon, S.I.K., S.H., M.Tr.Opsla, kegiatan ini dihadiri oleh Waka Polres Kompol Aang Permana, S.I.P., S.H., M.A.P., serta perangkat desa dan ratusan warga setempat. Dalam suasana yang akrab, di bawah atap pos kamling sederhana yang dikelilingi pepohonan tropis, peserta berbagi cerita: dari keluhan sehari-hari tentang lalu lintas hingga harapan akan patroli yang lebih intensif. AKBP Harris menekankan bahwa program ini bukan formalitas, melainkan wadah autentik bagi Polri untuk “mendengarkan langsung keluhan, masukan, dan harapan masyarakat terkait pelaksanaan tugas kami.”
Pendekatan ini selaras dengan prinsip kepolisian komunitas yang telah lama digaungkan secara nasional, namun di Melawi, ia diadaptasi dengan nuansa lokal yang kental. “Kami tidak hanya menampung aspirasi, tapi siap menindaklanjutinya secara konkret,” tegas AKBP Harris di sela-sela sesi curhat. Ia menambahkan bahwa melalui inisiatif ini, Polri berupaya mendekatkan diri kepada masyarakat, dengan tujuan utama menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang kondusif. Sebagai langkah preventif, Kapolres juga mendorong pemerintah desa untuk mengaktifkan kembali pos kamling, yang selama ini kerap terabaikan akibat keterbatasan sumber daya. Saat ini, patroli skala besar dilakukan setiap hari, mencakup wilayah pedesaan yang rawan gangguan seperti pencurian hasil panen atau konflik lahan.

Dari perspektif akademis, program seperti “Nuan Bekesah” dapat dilihat sebagai implementasi teori “policing by consent” ala Robert Peel, di mana legitimasi polisi bergantung pada persetujuan dan partisipasi masyarakat. Di konteks Melawi – daerah perbatasan dengan tantangan geografis seperti sungai dan hutan lebat – inisiatif ini berpotensi mengurangi kesenjangan antara aparat dan warga, yang sering kali terhambat oleh stigma birokrasi. Beberapa pengamat kebijakan publik menilai, model dialog berbasis budaya ini lebih efektif daripada pendekatan top-down, karena ia memanfaatkan ikatan sosial komunal yang kuat di masyarakat Dayak.
Kepala Desa Sidomulyo, H.M. Syukur, menyambut hangat inisiatif ini sebagai peluang emas untuk kolaborasi. “Pemerintah desa siap bersinergi penuh. Kami akan memastikan pos kamling kembali hidup, dan bersama Polri, menjaga kamtibmas demi kesejahteraan warga,” ujarnya dengan nada optimis. Dukungan ini diperkuat oleh pernyataan perangkat desa, Fajrul Haq – yang akrab disapa “Ayah” oleh warga – yang mewakili suara grassroots. “Kami berharap Polri memberikan pelayanan cepat: laporan masyarakat segera ditindaklanjuti. Selain itu, mohon himbauan soal tertib lalu lintas, karena keselamatan bersama adalah prioritas,” katanya, sambil menyoroti isu sepele namun krusial seperti pengendara motor tanpa helm di jalan tanah berlumpur.
Baca juga : Kenaikan Pangkat 177 Perwira Tinggi TNI: Dinamika Kepemimpinan di Tengah Transformasi Pertahanan Nasional
Sepanjang acara, puluhan keluhan dan masukan diserap, mulai dari permintaan peningkatan penerangan jalan hingga saran pencegahan kenakalan remaja. Di akhir sesi, Polri menyalurkan sarana kontak darurat, seperti nomor hotline dan aplikasi pelaporan online, sebagai jembatan lanjutan. AKBP Harris menutup dengan seruan: “Kami butuh peran aktif masyarakat. Informasi dari kalian adalah kunci percepatan pelayanan kami.”
Meski masih dalam tahap awal, “Nuan Bekesah” menjanjikan model kepolisian yang lebih humanis di wilayah terpencil seperti Melawi. Di era digital di mana berita hoaks sering mengganggu harmoni sosial, forum seperti ini mengingatkan kita bahwa dialog tatap muka tetap menjadi fondasi utama pembangunan keamanan berkelanjutan. Apakah inisiatif ini akan direplikasi di desa-desa lain? Hanya waktu yang akan menjawab, tapi bagi warga Sidomulyo, hari Jumat itu telah menjadi titik balik dalam hubungan mereka dengan “abdi negara”.
Pewarta : Lisa Susanti
