
RI News Portal. Wilayah Chernihiv, Ukraina 24 Mei 2025 — Rusia dan Ukraina melangsungkan pertukaran tahanan skala besar pada Jumat (tanggal tidak disebutkan), menandai momen langka kerja sama di tengah kebuntuan diplomatik dalam perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun. Pertukaran ini terjadi di tengah terus berlanjutnya pertempuran sengit di sepanjang garis depan yang membentang sekitar 1.000 kilometer.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengonfirmasi bahwa tahap pertama pertukaran ini berhasil memulangkan 390 warga Ukraina, yang terdiri atas personel militer dan warga sipil. Ia menyebut proses ini sebagai awal dari pertukaran tahanan terbesar dalam konflik yang sedang berlangsung. Kementerian Pertahanan Rusia, dalam pernyataan resminya, menyebutkan bahwa jumlah warga negaranya yang dibebaskan oleh pihak Ukraina adalah setara.
“Adalah suatu hal yang sangat penting untuk membawa pulang semua orang,” tulis Zelenskyy melalui akun Telegram-nya. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam negosiasi dan menegaskan komitmen untuk melanjutkan upaya diplomatik serupa di masa mendatang.

Kesepakatan pertukaran ini dicapai pada perundingan langsung yang berlangsung di Istanbul pekan lalu. Dalam pertemuan tersebut, kedua negara sepakat untuk menukar masing-masing 1.000 tahanan. Ini merupakan perundingan tatap muka pertama antara Kiev dan Moskow sejak fase awal invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Meski demikian, pertemuan yang hanya berlangsung dua jam tersebut tidak menghasilkan terobosan signifikan dalam upaya mediasi yang dipimpin Amerika Serikat.
Menurut seorang pejabat Ukraina yang tidak bersedia disebutkan namanya, pertukaran berlangsung di perbatasan Ukraina-Belarus. Para tahanan Rusia yang dibebaskan dibawa ke Belarus untuk menjalani perawatan medis, sebagaimana dinyatakan oleh Kementerian Pertahanan Rusia.
Meski menjadi pertukaran terbesar yang melibatkan warga sipil Ukraina sejak perang dimulai, kejadian ini tidak menandakan perubahan signifikan dalam dinamika konflik. Pada hari yang sama, Rusia melancarkan dua serangan rudal balistik ke fasilitas pelabuhan di Odesa, Ukraina selatan, menewaskan satu pekerja dan melukai delapan lainnya. Serangan ini merupakan yang pertama terhadap pelabuhan tersebut sejak 11 Maret lalu.
Baca juga : Labuhanbatu Utara Raih Opini WTP Keenam Kali Berturut-turut dari BPK RI
Sementara itu, suasana haru menyelimuti pusat-pusat medis tempat keluarga menantikan kabar tentang kerabat mereka yang mungkin termasuk dalam daftar tahanan yang dibebaskan. Svitlana Kuskova (49) adalah salah satunya, membawa foto suaminya, Oleksandr Kuskov, seorang pengemudi militer yang hilang sejak setahun lalu. “Sangat sulit untuk tidur setiap malam tanpa mengetahui apa yang terjadi padanya,” katanya sambil menangis.
Kabar pertukaran tahanan juga mendapat perhatian dari mantan Presiden AS Donald Trump, yang menyebut peristiwa ini dapat “mengarah pada sesuatu yang besar,” merujuk pada potensi dilanjutkannya proses diplomasi damai.
Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menyambut baik pertukaran ini dan menyebutnya sebagai “langkah membangun kepercayaan.” Ia menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat secara prinsip untuk melanjutkan dialog. Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menekankan bahwa belum ada kesepakatan mengenai tempat atau waktu perundingan berikutnya.

Dinamika perundingan menunjukkan jurang perbedaan yang masih sangat lebar. Ukraina, dengan dukungan penuh sekutu Baratnya, menuntut gencatan senjata sebagai prasyarat utama untuk negosiasi damai. Sebaliknya, Kremlin menolak syarat tersebut kecuali jika disertai penghentian bantuan militer dari Barat dan pengakhiran mobilisasi pasukan Ukraina.
Sumber Ukraina menyatakan bahwa Rusia juga mengajukan tuntutan yang “tidak dapat diterima,” termasuk penarikan pasukan Ukraina dari wilayah yang luas, yang menurut Kiev belum pernah dibicarakan sebelumnya. Presiden Putin sendiri telah lama mensyaratkan bahwa Ukraina harus menarik pasukannya dari empat wilayah yang dianeksasi Rusia pada September 2022—wilayah yang hingga kini belum sepenuhnya dikuasai Moskow.
Presiden Zelenskyy memperingatkan bahwa jika Rusia terus mengajukan tuntutan yang tidak realistis dan menolak gencatan senjata, maka hal tersebut merupakan indikasi niat untuk memperpanjang konflik. Ia menyerukan sanksi internasional yang lebih keras terhadap Rusia atas sikap tersebut.
Dengan pertempuran yang masih terus berlangsung dan diplomasi yang mengalami stagnasi, pertukaran tahanan ini menjadi pengingat akan kompleksitas dan urgensi penyelesaian konflik yang telah menelan puluhan ribu nyawa dan mengubah lanskap politik global.
Pewarta : Setiawan S.Th

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
Selamat sore semua di manapun berada mari kita smangat untuk menegak keadilan dan bersatu.