
RI News Portal. New Delhi, 19 Agustus 2025 — Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, dan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, mengadakan pertemuan di New Delhi pada hari Senin dalam upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan setelah konflik perbatasan Himalaya yang berkepanjangan sejak tahun 2020. Pertemuan ini merupakan langkah penting dalam menstabilkan hubungan bilateral antara dua negara bersenjata nuklir yang mengalami kemunduran signifikan akibat bentrokan berdarah lima tahun lalu.
Pada tahun 2020, bentrokan antara pasukan keamanan India dan Tiongkok di sepanjang Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control/LAC) di wilayah Himalaya menyebabkan 20 tentara India dan empat tentara Tiongkok tewas. Insiden ini, yang merupakan kekerasan terburuk dalam beberapa dekade, memicu ketegangan militer dan politik, menghentikan dialog tingkat tinggi, serta memicu pengerahan puluhan ribu pasukan di kedua sisi perbatasan. Sejak itu, kedua negara telah berupaya mencari solusi melalui negosiasi, dengan hasil terbatas hingga kesepakatan patroli perbatasan pada tahun 2024 yang memungkinkan penarikan pasukan dari beberapa titik konflik.

Dalam sambutan pembukanya, Jaishankar menekankan pentingnya deeskalasi ketegangan perbatasan sebagai prasyarat untuk memajukan hubungan bilateral. “Setelah melalui periode sulit dalam hubungan kita, kedua negara kini berupaya untuk melangkah maju. Ini membutuhkan pendekatan yang jujur dan konstruktif dari kedua belah pihak,” ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan urgensi untuk membangun kepercayaan dan stabilitas di tengah dinamika geopolitik yang kompleks.
Sementara itu, Wang Yi menyoroti bahwa ketenangan telah terjaga di sepanjang perbatasan dan menekankan langkah Tiongkok yang mengizinkan peziarah India untuk mengunjungi situs-situs suci di Tibet. Kunjungan Wang juga mencakup rencana pertemuan dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, pada hari Selasa, serta diskusi dengan Penasihat Keamanan Nasional India, Ajit Doval. Agenda utama meliputi pengurangan jumlah pasukan di wilayah perbatasan yang masih menjadi sumber ketegangan.
Baca juga : Upaya Gencatan Senjata di Gaza: Hamas Terima Usulan Baru, Israel Tetap pada Posisi Awal
Kunjungan ini berlangsung di tengah meningkatnya friksi antara India dan Amerika Serikat setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penerapan tarif sebesar 50% terhadap barang-barang India, termasuk penalti 25% atas pembelian minyak mentah Rusia. Kebijakan ini, yang akan berlaku mulai 27 Agustus 2025, menambah kompleksitas hubungan India dengan aktor global utama. Langkah ini dapat memengaruhi dinamika negosiasi India-Tiongkok, mengingat India berupaya menjaga keseimbangan strategis di kawasan Indo-Pasifik.
Pertemuan ini menawarkan wawasan penting bagi studi hubungan internasional, khususnya dalam konteks manajemen konflik dan diplomasi antara negara-negara dengan kepentingan strategis yang saling bersaing. Pendekatan India dan Tiongkok dalam menangani ketegangan perbatasan dapat menjadi studi kasus tentang bagaimana negosiasi bilateral dapat meredakan konflik di tengah tekanan geopolitik eksternal. Selain itu, keberhasilan atau kegagalan upaya deeskalasi ini akan memiliki implikasi jangka panjang terhadap stabilitas kawasan Asia Selatan dan dinamika kekuatan di Indo-Pasifik.
Pertemuan antara Jaishankar dan Wang Yi menandai langkah signifikan menuju normalisasi hubungan India-Tiongkok, meskipun tantangan tetap ada, terutama dalam hal implementasi kesepakatan perbatasan dan pengelolaan dinamika geopolitik yang lebih luas. Hasil dari diskusi ini, termasuk potensi pengurangan kehadiran militer di LAC, akan menjadi indikator penting bagi arah hubungan bilateral di masa depan.
Pewarta : Setiawan S.TH
