
RI News Portal. SINGARAJA – Fenomena penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) di kalangan remaja menjadi isu krusial yang memerlukan penanganan komprehensif. Sebagai upaya membentengi generasi muda dari ancaman ini, Duta GenRe (Generasi Berencana) Provinsi Bali, Made Melga Yogiani, secara proaktif mengkampanyekan gerakan anti-NAPZA. Pendekatan yang digunakan adalah melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang disesuaikan dengan karakteristik remaja.
Dalam penjelasannya, Melga menggarisbawahi pentingnya peran Duta GenRe sebagai pendidik dan konselor sebaya (peer educator). Menurutnya, metode peer-to-peer adalah strategi yang paling efektif untuk menyampaikan pesan anti-NAPZA. Remaja cenderung lebih terbuka dan mudah menerima informasi dari teman sebaya mereka, sehingga pesan yang disampaikan menjadi lebih relevan dan berdampak.

“Program kerja itu dengan memberikan edukasi ke sekolah-sekolah dan juga ke Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R),” ujar Melga. “Karena dengan itulah kita bisa memberikan edukasi yang tepat seputaran narkoba. Dan dengan itu juga, teman-teman remaja bisa memberikan edukasi ke remaja lainnya. Nah, itulah gunanya sistem peer-to-peer.”
Kontribusi Melga tidak hanya sebatas memberikan pengetahuan, tetapi juga memberdayakan remaja sebagai agen edukasi. Melalui program-program kerjanya, ia berupaya membentuk jejaring remaja yang memiliki pemahaman kuat tentang bahaya NAPZA. Remaja-remaja ini kemudian diharapkan dapat menyebarluaskan informasi tersebut kepada lingkaran pertemanan mereka, menciptakan efek domino yang memperluas jangkauan edukasi.
Secara spesifik, Melga menekankan bahaya ketergantungan NAPZA yang dapat merenggut masa depan. Ia menyoroti bahwa kebahagiaan yang ditawarkan NAPZA hanyalah “kebahagiaan sesaat” yang memiliki konsekuensi jangka panjang yang merusak. “Jangan sampai kebahagiaan sesaat bisa merenggut masa depan kita,” tegasnya.
Baca juga : Deportasi WNI Bermasalah dari Sarawak Terus Berlanjut, KJRI Kuching Dampingi 142 Orang
Pernyataan tersebut menyoroti aspek psikologis dari penyalahgunaan NAPZA, di mana remaja seringkali terperangkap dalam pencarian kesenangan instan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap masa depan, karier, dan hubungan sosial. Melga berpendapat, dampak NAPZA tidak hanya merugikan individu, tetapi juga mengecewakan orang-orang terdekat.
Dengan semangat dan konsistensinya, Melga Yogiani dan gerakan Duta GenRe Provinsi Bali secara nyata berkontribusi dalam membangun benteng pertahanan bagi generasi muda. Program-program berbasis peer-to-peer yang mereka jalankan menjadi model efektif dalam edukasi anti-NAPZA, menunjukkan bahwa peran aktif remaja dalam mengedukasi sesama adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang sehat dan produktif, bebas dari jerat narkoba.
Pewarta : Jhon Sinaga
