
RI News Portal. Wonogiri, 20 Agustus 2025 – Dalam upaya memperkuat resiliensi kesehatan di tingkat pendidikan dasar, Seksi Dokter dan Kesehatan (Sidokkes) Polres Wonogiri menyelenggarakan program pendidikan kesehatan berfokus pada Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Unit Kesehatan Sekolah (UKS) Taman Kanak-kanak (TK) Kemala Bhayangkari Cabang Wonogiri. Kegiatan yang berlangsung pada Selasa, 19 Agustus 2025, ini menekankan pendekatan preventif terhadap risiko cedera pada anak usia dini, sejalan dengan tren nasional yang menunjukkan peningkatan kasus kecelakaan di kalangan anak-anak.
Latar belakang pelaksanaan kegiatan ini tidak terlepas dari data statistik yang mengkhawatirkan mengenai kecelakaan anak di Indonesia. Menurut laporan terbaru, pada semester pertama 2025 saja, tercatat sekitar 133 ribu anak dan remaja mengalami kecelakaan lalu lintas, dengan sebagian besar kasus dipicu oleh faktor human error. Selain itu, secara keseluruhan, lebih dari 93 ribu anak usia sekolah menjadi korban kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya, yang sering kali meluas ke lingkungan sekolah seperti jatuh, cedera olahraga, atau insiden sehari-hari. Di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), seperti TK, risiko ini semakin relevan karena anak-anak pada usia tersebut memiliki tingkat aktivitas tinggi namun kesadaran keamanan yang masih rendah. Penelitian dari berbagai sumber akademis menekankan bahwa pelatihan P3K di sekolah TK bukan hanya sebagai respons darurat, melainkan sebagai strategi preventif untuk meminimalisir dampak jangka panjang seperti trauma fisik dan psikologis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga mendorong integrasi pendidikan kesehatan semacam ini untuk mengurangi angka morbiditas akibat kecelakaan di lingkungan pendidikan.

Kegiatan yang digelar oleh Sidokkes Polres Wonogiri ini dirancang secara komprehensif, mencakup sesi teori dan praktik. Peserta diajak mengenal dasar-dasar P3K, termasuk identifikasi cedera umum seperti patah tulang atau dislokasi sendi, serta teknik penggunaan bidai untuk mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan. Pendekatan ini tidak hanya berorientasi pada penanganan medis dasar, tetapi juga pada pembangunan kapasitas guru dan pengurus sekolah sebagai first responder di lingkungan sekolah. Berbeda dengan program serupa yang sering kali bersifat umum, inisiatif ini menyesuaikan materi dengan konteks anak usia 4-6 tahun, di mana cedera ringan seperti luka gores atau memar sering kali diabaikan hingga berkembang menjadi masalah serius.
Kasidokkes Polres Wonogiri, Penda Sulistyowati, S.Kep., Ns., selaku pemimpin kegiatan, menjelaskan bahwa tujuan utama adalah membekali stakeholder pendidikan dengan pengetahuan dasar untuk menangani insiden awal. “Kami bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dasar dalam pertolongan pertama, sehingga guru dan pengurus dapat mengantisipasi situasi darurat sebelum bantuan medis profesional tiba. Ini krusial mengingat waktu respons awal dapat menentukan tingkat pemulihan korban,” ujarnya. Pernyataan ini sejalan dengan rekomendasi akademis yang menyoroti peran pendidikan kesehatan sekolah dalam mengurangi risiko penyakit dan kecelakaan, sebagaimana dibahas dalam studi tentang efektivitas pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan pendidikan.
Baca juga : Kementerian Keuangan Bantah Hoaks: Sri Mulyani Tidak Pernah Sebut Guru Beban Negara
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh kunci, termasuk Ketua Cabang Yayasan Kemala Bhayangkari Wonogiri, Ny. Karlina Wahyu, serta Wakil Ketua Ny. Melik Parwanto. Turut serta jajaran pengurus yayasan, guru-guru TK Kemala Bhayangkari, dan petugas Sidokkes Polres Wonogiri. Kehadiran Kasipropam Polres Wonogiri sebagai pendamping menambah dimensi pengawasan etis dan administratif, memastikan kegiatan berjalan sesuai standar protokol kesehatan. Partisipasi lintas sektor ini mencerminkan model kolaborasi antara institusi kepolisian dan yayasan pendidikan, yang dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.
Dari perspektif akademis, kegiatan semacam ini memiliki implikasi luas terhadap peningkatan mutu pendidikan anak usia dini. Sebuah analisis dari jurnal pendidikan menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang aman, termasuk ketersediaan fasilitas P3K dan pelatihan bagi pendidik, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Di Wonogiri, di mana akses layanan kesehatan pedesaan masih terbatas, inisiatif ini berpotensi mengurangi beban sistem kesehatan publik dengan mendorong penanganan mandiri di tingkat komunitas. Selain itu, dengan mengintegrasikan elemen praktik seperti penggunaan bidai, program ini tidak hanya mentransfer pengetahuan tetapi juga membangun kepercayaan diri peserta dalam menghadapi situasi nyata.
Secara keseluruhan, pelatihan P3K oleh Sidokkes Polres Wonogiri ini bukan sekadar acara rutin, melainkan kontribusi strategis terhadap pembangunan sumber daya manusia sejak dini. Diharapkan, para guru dan pengurus TK Kemala Bhayangkari semakin siap menghadapi keadaan darurat, sehingga menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan mendukung perkembangan holistik anak-anak. Inisiatif serupa perlu direplikasi secara nasional untuk menjawab tantangan kesehatan anak di era pasca-pandemi, di mana kesadaran preventif menjadi kunci utama.
Pewarta : Nandang Bramantyo
