
“Kolaborasi antara TNI dan masyarakat dalam program TMMD mencerminkan model pembangunan partisipatif yang perlu diperkuat dengan dukungan teknis dan pendanaan lintas sektor.”
RI News Portal. Lampung Timur 15 Mei 2025 – Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124 di Kabupaten Lampung Timur memfokuskan salah satu agendanya pada penyediaan air bersih melalui pembangunan sumur bor di Desa Itik Rendai, Kecamatan Melinting. Inisiatif ini merupakan respon atas kebutuhan mendesak masyarakat terhadap akses air bersih, khususnya di daerah yang memiliki karakteristik geologis sulit. Namun demikian, implementasinya menghadapi tantangan teknis signifikan akibat kondisi tanah berbatu dan keberadaan akuifer yang dalam.
Ketersediaan air bersih merupakan indikator penting kesejahteraan masyarakat pedesaan, khususnya di daerah dengan akses infrastruktur terbatas. Di Indonesia, peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) melalui program TMMD menjadi instrumen alternatif pembangunan infrastruktur dasar. TMMD ke-124 yang dilaksanakan oleh Kodim 0429/Lampung Timur (Lamtim) pada Mei 2025 menjadi studi kasus menarik untuk mengkaji dinamika pembangunan sumur bor sebagai bentuk sinergi antara militer dan masyarakat sipil.

Desa Itik Rendai, Kecamatan Melinting, Lampung Timur merupakan daerah dengan tingkat kesulitan tinggi dalam akses air bersih. Program TMMD membangun lima titik sumur bor di desa ini, dengan tujuan menjawab kebutuhan air bersih masyarakat di berbagai dusun. Hingga pertengahan Mei 2025, tiga dari lima titik masih belum berhasil mengeluarkan air secara optimal, yaitu Dusun 1 (kedalaman 40 meter), Dusun 5 (35 meter), dan Dusun 6 (60 meter).
Menurut keterangan dari Sertu Irvan Muali, keterlibatan TNI dalam pembangunan ini adalah bentuk kehadiran negara di tengah masyarakat, yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga solutif terhadap permasalahan esensial seperti kebutuhan air.
Kendala utama yang dihadapi dalam pengeboran adalah kondisi geologis desa yang didominasi batuan keras. Kepala Dusun Itik Rendai, Sularto, mengonfirmasi bahwa proses pengeboran kerap mengalami gangguan akibat batuan besar dan keras yang menyebabkan patahnya mata bor. Hal ini berdampak pada lamanya proses pengerjaan dan ketidakpastian dalam menemukan sumber air yang stabil.
Meskipun sempat mengalirkan air, sumur bor di Dusun 6 mengalami ketidakstabilan debit, yang diduga akibat belum tercapainya akuifer utama. Oleh karena itu, pengeboran dilanjutkan untuk menambah kedalaman.
Secara kebijakan, keterlibatan TNI dalam infrastruktur desa dapat menjadi model intervensi negara yang bersifat non-konvensional namun efektif. Namun, program seperti ini juga membutuhkan koordinasi teknis dengan instansi terkait seperti Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Badan Geologi, agar rencana pengeboran mempertimbangkan pemetaan geohidrologi yang akurat.
Dari sisi sosial, kegagalan sumur bor bisa berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap program pembangunan negara. Oleh karena itu, penting untuk disertai strategi komunikasi publik dan edukasi mengenai tantangan teknis serta solusi yang tengah diupayakan.
Program TMMD di Desa Itik Rendai mencerminkan peran strategis TNI dalam pembangunan desa, khususnya dalam sektor penyediaan air bersih. Namun tantangan geologis yang kompleks menuntut pendekatan teknis yang lebih komprehensif. Kegiatan ini bisa menjadi pelajaran penting bagi perencanaan program TMMD berikutnya, terutama dalam aspek kajian awal lokasi dan kerja sama teknis lintas sektor.
Pewarta : Lii

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal