
RI News Portal. Jakarta, 17 Agustus 2025 – Stereotip kehidupan di balik jeruji penjara sering kali digambarkan sebagai rutinitas yang monoton dan kaku. Namun, di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Kelas IIA Salemba, Jakarta Pusat, warga binaan menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan tetap hidup melalui ekspresi seni yang penuh makna. Dalam peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, mereka mempersembahkan tarian Jaipong yang memukau, diiringi lagu “Bandung” karya Yura Yunita, sebagai bagian dari acara Penyerahan Remisi pada Minggu, 17 Agustus 2025.
Dengan penuh percaya diri, para warga binaan menari Jaipong, menampilkan gerakan yang luwes dan terkoordinasi. Meski sempat terjadi insiden kecil—sebuah ornamen mahkota terlepas dan jatuh ke lantai—penampilan mereka tetap memukau. Langkah kaki yang mantap dan gerakan tangan yang anggun mencerminkan profesionalisme, seolah kejadian tersebut adalah bagian dari koreografi. Tarian ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan wujud ekspresi emosional yang mendalam. Setiap gerakan menyampaikan kerinduan akan kebebasan, harapan untuk masa depan, dan cinta terhadap budaya Indonesia.

Para penonton, yang terdiri dari sesama warga binaan, petugas lapas, dan tamu undangan, menyaksikan penampilan ini dengan penuh kekaguman. Sorak sorai dan tepuk tangan menggema, diiringi beberapa warga binaan yang secara spontan mengetuk lantai mengikuti irama musik. Suasana penuh keakraban ini menunjukkan bahwa seni mampu menembus batasan fisik dan sosial, menciptakan ruang bagi solidaritas dan refleksi kolektif. Dinding-dinding lapas, yang biasanya menjadi simbol keterbatasan, pada momen ini menjadi latar dari perayaan semangat kemerdekaan.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sarana bagi warga binaan untuk merefleksikan makna kemerdekaan dalam konteks kehidupan mereka. Melalui seni, mereka menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi semangat untuk berkarya dan berkontribusi. Penyerahan remisi, yang menjadi bagian dari acara, juga menjadi simbol harapan baru bagi banyak warga binaan, mengingatkan mereka bahwa perubahan positif dan reintegrasi sosial adalah tujuan yang dapat dicapai.
Baca juga : Semarak HUT RI ke-80 di Desa Pakuan Aji, Sukadana: Perpaduan Budaya, Kesehatan, dan Ketahanan Pangan
Penampilan tari Jaipong ini menegaskan bahwa seni memiliki kekuatan transformatif, bahkan di lingkungan yang penuh tantangan seperti lapas. Dalam setiap gerakan, warga binaan tidak hanya mengekspresikan identitas budaya, tetapi juga memperjuangkan eksistensi mereka sebagai individu yang tetap memiliki mimpi dan semangat. Tepuk tangan yang menggema di akhir penampilan bukan sekadar apresiasi atas keindahan tarian, melainkan pengakuan atas ketangguhan dan semangat pantang menyerah para warga binaan.
Perayaan kemerdekaan di Lapas Wanita Salemba menjadi bukti bahwa semangat nasionalisme dan kreativitas tidak terbatas oleh ruang atau keadaan. Melalui tarian Jaipong, warga binaan menunjukkan bahwa di balik jeruji, mereka tetap mampu merayakan kehidupan, budaya, dan harapan. Momen ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan sejati juga berarti kebebasan untuk berkarya, bermimpi, dan menemukan makna dalam setiap langkah kehidupan.
Pewarta : Yogi Hilmawan
