
RI News Portal. Padangsidimpuan, 8 Agustus 2025 — Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80 di Kota Padangsidimpuan menunjukkan dinamika yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika pada 1 Agustus 2024 masyarakat tampak antusias memasang bendera merah putih di depan rumah dan toko mereka, maka pada tahun ini semangat tersebut terlihat meredup.
Sepekan menjelang peringatan kemerdekaan, masih banyak warga di kota yang dikenal sebagai “Kota Salak” ini belum mengibarkan bendera merah putih. Kondisi ini memunculkan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat dalam perayaan simbolik kenegaraan.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh awak media, seorang warga bernama Ade Indra menyampaikan pandangannya mengenai fenomena ini. Menurutnya, penurunan semangat masyarakat tidak lepas dari tekanan ekonomi dan ketidakpastian sosial yang tengah melanda.
“Kalau jawaban pastinya aku tidak tahu lah, namun jika boleh saya mengamati dan ini hanya amatan saya saja ya bang, kenapa masyarakat kurang bersemangat jelang HUT RI ini khususnya memasang bendera mungkin saja efek dari pahitnya berkehidupan saat ini,” ujar Indra, Jumat (8/8/2025) siang.

Indra juga menyoroti wacana pembatalan kegiatan pawai dan devile yang sempat mencuat di Sidimpuan, serta keluhan masyarakat terkait kenaikan harga beras dan kelangkaan LPG 3 kg. Menurutnya, akumulasi persoalan tersebut turut memengaruhi psikologis warga dalam menyambut hari kemerdekaan.
“Sidimpuan kan sempat mewacanakan tidak ada perayaan HUT seperti pawai devile dan sebagainya. Belum lagi diselimuti harga beras yang sempat naik, dan ketersediaannya tidak jelas, belum lagi masalah LPG 3 kg. Yaaa mungkin saja semua masalah itu yang membuat masyarakat minat semangatnya sedikit menurun,” ungkapnya.
Indra menekankan pentingnya kehadiran pemerintah sebagai motor penggerak semangat nasionalisme. Ia mengapresiasi langkah pembagian bendera ke kecamatan, namun menyoroti lemahnya implementasi di tingkat kelurahan dan desa.
“Pemerintah kota saya dengar sudah membagi-bagikan bendera ke semua kecamatan yang ada di kota ini. Namun realitanya masih banyak di tingkat desa dan kelurahan belum mengibarkan bendera. Nah, maunya pemerintah kota segera melakukan instruksi kepada pihak kecamatan, dan pihak kelurahan dan desa untuk bekerja melakukan pendekatan yang humanis terhadap masyarakat,” harapnya.
Baca juga : Pencanangan Desa Bersinar di Braja Gemilang: Sinergi Lintas Sektor Perangi Narkoba
Di akhir wawancara, Indra menegaskan bahwa cinta tanah air tidak boleh luntur meski di tengah dinamika politik dan sosial yang kompleks. Ia menyerukan agar masyarakat tetap menjunjung tinggi simbol negara sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan perjuangan bangsa.
“Kita merupakan putra-putri bangsa ini. Ya, Republik Indonesia bagaimana pun kondisi dinamika politik di negara ini, tidak ada kaitannya dengan negara ini. Bendera merah putih harus berkibar, tidak ada yang bisa menggantikannya. Merah darahku dan putih tulangku. Saya bangga menjadi warga negara Indonesia. Masalah oknum biarkan Tuhan dan alam yang menghukum mereka,” tandasnya.
Salah satu toko usaha di pusat kota Padangsidimpuan yang belum mengibarkan bendera merah putih menjadi simbol nyata dari berkurangnya partisipasi masyarakat dalam perayaan tahun ini. Fenomena ini menjadi refleksi penting bagi pemerintah dan seluruh elemen bangsa untuk kembali membangkitkan semangat kebangsaan yang inklusif dan berkelanjutan.
Pewarta : Indra Saputra
